Pengenalan Identitas Kultural Lokal Papua sebagai Penghargaan Diri

Rabu, September 19, 2007

Oleh Maria A.I. Wanda*

Bangsa yang beradab adalah bangsa yang mengenal budayanya sendiri. Ungkapan tersebut adalalah ungkapan yang cocok bagi kepluralitasan Indonesia, yang kini terserang wabah budaya populer. Tidak hanya keuntungan yang diperoleh, wabah budaya populer justru cenderung menenggelamkan budaya asli masyarakat.

Pengenalan budaya erat hubungannya dengan identitas kultural lokal suatu daerah. Setiap daerah di Indonesia membutuhkan identitas kultural lokalnya, termasuk Papua. Papua sebagai provinsi tertimur memiliki kecenderungan rasa terisolir dan kurang dihargai masyarakat luar. Mungkin, hal ini disebabkan Papua tertinggal dalam perkembangan, dibandingkan dengan masyarakat pendatang (Yan Beolaars, 1983: 209).

Dalam bukunya Manusia Irian, Yan Boelaars menegaskan bahwa Papua adalah salah satu provinsi yang selalu berusaha untuk memperoleh pengakuan identitasnya dan boleh mempertahankan identitasnya itu. Itulah sebabnya, identitas kultural lokal Papua perlu ditampilkan.

Banyak hal yang dapat ditampilkan dari budaya Papua. Salah satunya adalah pariwisata sebagai aset penting di Tanah Papua. Sudah jarang terdapat daerah yang alami dan asri seperti tanah Papua. Itulah alasannya, bidang periwisata di Papua dapat mewakili pengidentitasan kultural lokalnya.

Faktor alam dan penduduk adalah potensi kultural lokal Papua yang penuh daya tarik. Penduduk yang memiliki beragam suku maupun agama, baik masyarakat pribumi sebagai penduduk asli maupun para pendatang (imigran). Penduduk asli yang berada di pedalaman, lembah-lembah, maupun pesisir pantai yang menampakkan daya tarik dengan corak budaya yang unik dan khas. Alamnya masih terlihat hijau dengan gunung-gunung. Udara yang cukup segar bila dibandingkan dengan daerah industri.
Kedua faktor di atas dapat ditampilkan apabila terdapat sarana-sarana pengenalan identitas budaya Papua. Pengadaan sarana perlu diperhatikan pejabat pemerintahan Papua. Salah satu sarana adalah pengadaan televisi lokal Papua.

Benny Giay dalam bukunya MENUJU PAPUA BARU manggarisbawahi bahwa orang Papualah yang harus manginventarisasikan potensi dan kekuatan sosial budaya, yang sebagai subjek berperan secara aktif. Masyarakat pribumi harus mampu mengenalkan budaya serta segala kelebihan yang ada di tanah Papua.

Dalam hal ini, pemerintah berperan penting sebagai pendorong minat masyarakat untuk menampikan identitasnya. Pemerintah berusaha menjelaskan kepada masyarakat untuk membuka diri dan mengembangkan budaya Papua.

Masyarakat Papua perlu belajar dari daerah lain yang mampu menampilkan identitasnya dengan segala budaya yang dimiliki. Begitu pula Papua yang sarat hasil budaya. Tanggapan daerah tentang identitas kultural Papua penting bagi orang Papua untuk mengoreksi anggapan-anggapan yang tepat. Sebagaimana Indonesia menganut kebhinekaan, berbeda-beda tapi satu jua. Daerah lain menanggapi identitas Papua sebagai ”saudara” yang ingin mempresentasikan budayanya. Maka diperlukan suatu sikap dasar sebagai saudara yang lebih tua dan lebih kuat, yang berusaha demi kesejahteraan saudaranya yang lebih muda dan lebih lemah (Yan Boelaars, 1983: 232).

Identitas suatu daerah bukan hanya dilihat dari segi pembangunan material saja, melainkan pembangunan kultural. Pembangunan kultural menunjukkan sikap penghargaan diri. Karena setiap orang ingin dihargai sebagaimana ia menghargai orang lain. Sikap ini sebagai perwujudan kebhinekaan Indonesia. Mengembangkan identitas kultural berarti menunjukan diri kita apa adanya.

*Siswa Kolese Le Cocq d’Armandville SMA Adhi Luhur, Nabire-Papua
------------------------------------
Sumber: Majalah SELANGKAH

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut