Pendidikan Dogiyai Butuh Waktu dan Keseriusan Semua Pihak

Jumat, Desember 19, 2008

Untuk membangun dunia pendidikan di Kabupaten Pemekaran Dogiyai hanya dibutuhkan waktu dan keseriusan serta keterlibatan semua pihak. Demikian penegasan Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Dogiyai, Drs. Andreas Yobe, M.Hum.
Namun dirinya mengakui sebagai orang asli Kabupaten Dogiyai akan memulai menata dunia pendidikan dari kantor hingga ke sekolah-sekolah masing-masing. Dengan satu sistim, peningkatan disiplin kerja yang tegas dan berwibawa.

Dan Kepala Dinas yang satu ini juga merupakan orang lapangan yang sudah dibilang banyak menelan manis dan pahitnya liku-liku dunia pendidikan. Sehingga dari pengalaman tersebut, akan dijadikan modal membangun dunia pendidikan yang lebih baik di Kabupaten Dogiyai.

Kebetulan saya orang lapangan, maka saya sudah tahu persis apa yang menjadi kendala. Sehingga saya akan membangun kerja sama dengan para guru yang sedang melaksanakan tugas di lapangan,” tuturnya kepada Papuapos Nabire, Senin (2/12) usai mengikuti acara sosilaisasi dana BOS buku bagi para kepala sekolah SD dan SMP se-Kabupaten Nabire dan Dogiyai di kantor Dinas Dikjar Nabire.

Dikatakan, untuk menjawab kemajuan dunia pendidikan yang lebih baik, tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi dilakukan dengan tekad dan hati yang bersih serta adanya peningkatan disiplin yang baik.Tentunya harapan kemajuan dunia pendidikan akan dicapai, dan hal inipun tidak harus dilakukan atas dasar satu orang. Tetapi adanya keterlibatan dan kerja sama antara orang tua, guru dan pemerintah serta masyarakat sekitar dan peduli pendidikan.

Dan untuk melihat kondisi riil pendidikan yang ada di Kabupaten pemekaran Dogiyai, setelah dirinya dilantik pada tanggal 12 November dan selang satu hari kemudian, kepala dinas yang satu ini langsung melakukan kunjungan turun lapangan ke setiap sekolah. Tujuannya, melihat kondisi pendidikan dari dekat.

Sehingga dari hasil kunjungan turun langsung ke lapangan itu, telah ditemui keprihatinan yang melanda dunia pendidikan yang ada di Kabupaten Dogiyai seperti SMAN 5 Nabire di Moanemani yang ada gedung tetapi tidak memiliki meubeler kursi dan meja.

Bukan saja kursi dan meja belajar para siswa yang tidak ada. Tetapi hal yang paling sulit adalah terlihat rata-rata semua sekolah tidak memiliki rumah guru untuk bisa tinggal betah dan melaksanakan tugas. Sehingga dari hasil kunjungan lapangan yang temui itu, merupakan pekerjaan berat yang harus dijawab secara bertahap demi kemajuan dunia pendidikan yang ada di Kabupaten Dogiyai.

Diketahui bersama, untuk melihat kondisi riil dunia pendidikan yang ada di Kabupaten Dogiyai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga SMA dan SMK, membutuhkan waktu lama. Karena jarak antara kampung dan distrik harus dilalui dengan jalan kaki saja.

“Pada bulan Januari 2009 nanti, saya akan tegakan disiplin yang sedini mungkin supaya proses belajar mengajar yang ada di lapangan dan kinerja aparat pelaksana pendidikan di kantor bisa berjalan dengan meletakan dasar yang kuat demi kemajuan pendidikan,” tuturnya.
-----------------------------------
Sumber:http://www.papuaposnabire.com/situs%20papuapos%20nabire/Scripts/04-12-08-Pendidikan%20Dogiyai.html


BACA TRUZZ...- Pendidikan Dogiyai Butuh Waktu dan Keseriusan Semua Pihak

Kapten Meki Nawipa, Pilot Asli Papua pemilik Pesawat “The Spirit of Papua”

Senin, Desember 15, 2008

Berangkat dari inspirasi melihat kecakapan pilot-pilot misionaris menerbangkan pesawat di pedalaman Papua keinginan menjadi pilot didalam diri Meki Nawipa, lelaki asli Enarotali, Paniai, Papua ini seakan tak terbendung lagi. Bahkan setelah menjadi pilot, ia akhirnya memiliki pesawat sendiri. Bagaimana impian dan keinginannya?

Laporan Rambat

The Spirit of Papua (nama pesawat) yang dimiliki Capt Meki Nawipa adalah harapan dari sebuah pencapaian atas anugerah Tuhan dan kerja keras. Ini baru awal sebagai wujud dari keinginan dan komitmen untuk mewujudkan putra/putri Papua menjadi penerbang (pilot) baik Indonesia, khususnya Papua maupun dunia internasional.

“Sejak 5 tahun, saya punya tekat menjadi pilot. Saya dapat inspirasi ini dari melihat kecakapan pilot-pilot misi dari Yayasan Penerbangan Misi – MAF (Mission Aviation Fellowship) dan AMA (Assotiation Mision Aviation). Namun, saya terkendala kurang info, kesempatan dan biaya untuk sekolah pilot,” kata Meki Nawipa, Presiden Direktur The Spirit of Papua baru-baru ini.

Namun, hal itu tidak menyurutkan keinginannya untuk menjadi pilot, hingga ia mendapatkan kesempatan study di Deraya Flying School Jakarta dan mendapatkan tahap Privat Pilot License, yang didukung Lembaga Pengembangan Masyarakat Irian Jaya (LPMI) yang merupakan mitra PT Freeport Indonesia.

Lalu, Meki Nawipa kembali ke Papua dan bekerja di Yayasan MAF sebagai pencuci pesawat dan kembali berkesempatan terbang bersama MAF Australia di PNG dengan pencapaian hasil memuaskan. “Saya kembali ke Papua dan mendapat peluang studi penerbangan ke Australia di Bible College of Victria (BCV) di Melbourne yakni 2 tahap, tahap Comersial Pilot License tahun 2006 dan tahap ME-IR (Multi Engine & Instrumen Rating) 2007, setelah selesai saya bekerja sebagai tenaga pilot pada maskapai penerbangan Susi Air,” ujarnya.

Didampingi, Abner Bob Molama ST, Direktur Operasi The Spirit of Papua Meki mengakui kini impiannya menerbangan pesawat sudah terwujud, namun ia tidak berhenti disitu saja karena merupakan awal perjuangannya.

Semangat perjuangan ini, membuahkan hasil awal dengan diluncurkannya pesawat milik pribadi Meki Nawipa yang diperoleh dari perjuangan 10 tahun untuk fokus pada pengembangan SDM Papua umumnya, khususnya pada bidang penerbangan.

“Pesawat jenis Cessna 172 M PK-HAC ini dirancang khusus untuk mentraining penerbang pemula, yang kami luncurkan 9 Agustus 2008 lalu di Bandar Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta,” ujarnya.

Tentang nama pesawat The Spirit of Papua ini, jelas Nawipa, merupakan jelmaan dari isi hatinya yang bertujuan dan harapan dari pengadaan pesawat ini merupakan langkah awal mencapai tujuan selanjutnya. Pesawat miliknya tersebut kini beroperasi di Aero Flyer Institute, sebuah institut yang bergerak pada bidnag pelatihan pilot-pilot pemula, milik Batavia Air di Curug.

“Kami tempatkan disitu, merujuk pada tujuan dan harapan bahwa adanyaa putra-putri Papua yang belajar menerbangkan pesawat. Artinya, pesawat itu adalah awal bermunculan pilot-pilot Papua yang selanjutnya mengukir prestasi-prestasi membanggakan,” ujarnya merendah.

Ditembahkan, kehadiran pesawat ini, diharapkan akan bermunculan putra-putra Papua menjadi pilot handal, apalagi kebutuhan pilot di Indonesia cukup banyak, sehingga melalui The Spirit of Papua ini, dapat mewujudkan penerbang dari Papua Saat ini pihaknya telah mendidik 3 putra-putri Papua menjadi pilot, dimana untuk masuk mengikuti pendidikan selama 18 bulan ini membutuhkan dana sebesar 44.700 US dolar. ****
-------------------------------------
Sumber: http://pmkuncen.wordpress.com

BACA TRUZZ...- Kapten Meki Nawipa, Pilot Asli Papua pemilik Pesawat “The Spirit of Papua”

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut