Berita Foto: Saat Kebersamaan "Tim Diskusi Iyoo/Ihoo " di Yogyakarta

Jumat, Juli 16, 2010

Diskusi itu tidak harus selalu di ruangan. Juga, tidak harus duduk manis. Diskusi bisa juga dilakukan di luar ruangan. Bisa terjadi sambil jalan dan jalan-jalan. Bisa juga sekaligus jalan-jalan. IIulah yang dilakukan Tim Diskusi Iyoo/Ihoo dari Majalah Selangkah di Yogyakarta (lihat foto).
Tim Diskusi yang diprakarsai oleh Dorce W. Pekey (OC Kelabu) dan Mateus Auwe (Egeidaby) dan didirikan awal tahun 2010 di Universtas Sanata Dharma Yogyakarta melaksanakan diskusi setiap minggu.
Mereka mendiskusikan berbagai soal di tanah Papua, khususnya soal pendidikan. Dalam diskusi-diskusinya mereka menghadirkan pembicara-pembicara yang kompeten di bidangnya. Mereka juga mengundang mahasiswa Papua yang ada di Yogyakarta.
Mereka juga membuka Grup Face Book (FB) sebagai media diskusi yang lebih luas di dunia maya. Grup FB  (Media Selangkah "Tim Diskusi Iyoo/Iho) ini dikelola oleh Oc Kelabu (pendiri) dengan anggota MadaiAlda Syang Maga, Agus Dogomo, Albertin Agapa, Amoye Egeidaby.
Foto berikut ini adalah foto-foto saat pengurus Grup diskusi ini jalan-jalan dalam kebersamaan beberapa waktu lalu. FB: http://www.facebook.com/album.php?aid=2045820&id=1242485786&ref=mf#!/group.php?gid=115624475118038&ref=ts



BACA TRUZZ...- Berita Foto: Saat Kebersamaan "Tim Diskusi Iyoo/Ihoo " di Yogyakarta

Mana Duluan, Ayam atau Telur? Ini Jawabnya!

Kamis, Juli 15, 2010

Para ilmuwan berhasil menjawab  salah satu tebak-tebakan tertua di dunia, mana yang lebih dulu, ayam, atau telur? Melalui komputer super, tim dari Universitas Sheffield dan Warwick, Inggris  menemukan jawabannya. Apakah itu? Ayam.

Kepada laman Harian The Sun, ketua tim peneliti menjelaskan bagaimana mereka berhasil memecahkan teka-teki tersebut. "Apa yang kami temukan adalah 'kecelakaan' yang menyenangkan. Awalnya, tujuan penelitian kami adalah menemukan bagaimana binatang membuat cangkang telur."
Menurutnya,  selama ini, masyarakat telah menganggap remeh ayam. Kami tidak menyadari proses luar biasa yang ditunjukan para ayam dalam proses pembuatan telur.

"Sadarkah Anda, ketika memecahkan kulit telur rebus di pagi hari, Anda sedang menyaksikan salah satu material luar biasa di dunia." Cangkang telur memiliki kekuatan sangat luar biasa, meski beratnya sangat ringan. Manusia tak bisa membuat benda seperti itu, bahkan yang mendekatinya. "Masalahnya, kita tak tahu bagaimana ayam membuat cangkangnya."

Tim peneliti lalu menggunakan komputer super milik Dewan Riset Sains Inggris (UK Science Research Council) yang berbasis di Edinburgh. Komputer itu dinamakan HECToR (High End Computing Terascale Resource).
"Kami ingin menelusuri bagaimana telur terbentuk, dengan melihat proses detail telur secara mikroskopis."
Yang pertama dicari adalah, mengetahui 'resep' yang digunakan ayam untuk membuat cangkang telur.
"Dengan bantuan komputer canggih, Kami memecahkan masalah ini selama berminggu-minggu. Sementara, ayam bisa menyusun cangkang itu hanya dalam semalam."

Lucunya, pemilihan cangkang telur ayam sebagai fokus penelitian benar-benar tak disengaja. Para peneliti memilih telur ayam karena proteinnya sederhana untuk ditelaah.
Namun hasilnya ternyata sangat mengejutkan. "Kami memecahkan teka-teki sepanjang masa. Ini mengagumkan."

Hasilnya, ditemukan protein khusus yang ada di tubuh ayam. Protein itu adalah adalah 'tukang bangunan' tanpa lelah, menyusun bagian-bagian cangkang mikroskopis membentuk cangkang telur.
Protein itu menginisiasi proses pembentukan cangkang sebelum menyusun bagian telur yang lain.
Tanpa protein pembangun tersebut, telur tak mungkin terbentuk. Dan, protein itu hanya ditemukan di rahim ayam. "Itu berati ayam ada duluan sebelum telur."

Tapi, dari mana ayam berasal? Beberapa teori mengatakan, nenek moyang ayam menciptakan telur zaman Dinosaurus. "Penemuan kami sangat potensial. Sebab, cangkang telur dibentuk dari banyak kristal kecil. Kita bisa menggunakan informasi ini untuk mengetahui cara membuat dan menghancurkan struktur kristal lainnya."
Sebagai contoh, untuk menghilangkan kerak di ceret maupun pipa. 

Penelitian ini juga berimplikasi medis. "Karena tubuh kita menggunakan metode yang sama untuk membuat gigi dan tulang, kita  bisa belajar lebih banyak tentang bagaimana membangun kembali tulang manusia." (adi)
BACA TRUZZ...- Mana Duluan, Ayam atau Telur? Ini Jawabnya!

Pendataan dan Pemetaan Pendidikan di Papua Agenda Mendesak

Selasa, Juli 13, 2010


Untuk mengukur seberapa sasaran dan sejuahmana kecapaian program pendidikan yang sudah dicapai dan bagaimana dampaknya tentu akan kembali kepada data. Oleh karenanya dipandang perlu dilakukan pendataan pendidikan di Papua secara menyeluruh. Kegiatan ini dilakukan oleh  Pemerintah Propinsi Papua.
Mengapa? Karena, belakangan data ini menjadi masalah serius yang ada di Papua. Namun, kita memandang hal ini remeh.  Untuk itu, salah satu cara yang biasa dilakukan adalah pendataan TERPADU dengan membentuk Tim Terpadu yang beranggotakan instansi terkait yang  khusus bekerja untuk pendataan juga pemetaan pendidikan antarkampung, distrik dan kabupaten di Papua dan Papua Barat.
Jika ingin kerja efektif, Tim ini di SK kan langsung oleh Gubernur dan bekerja untuk kepentingan dinas terkait seperti Dinas Pendidikan Propinsi, BPKB Papua, LPMP Papua dan BPPNFI Papua termasuk instansi terkait lainnnya. [Yulianus Kuayo).



BACA TRUZZ...- Pendataan dan Pemetaan Pendidikan di Papua Agenda Mendesak

Pendidikan Ibu Adalah Kesuksesan Anak

Oleh: Yulianus Kuayo, SH

Pentingnya pembekalan kaum perempuan papua dengan pendidikan yang layak dan memadai agar selain mereka dapat hidup mandiri tanpa ketergantungan dari ayah atau suami mereka, dapat mempertahankan hidupnya, mencukupi kebutuhan pribadinya dan juga mereka dapat mencukupi kebutuhan anak serta mengawasi dan mengasuh anak-anaknya secara baik.

Kualitas hidup perempuan yang baik merupakan prasyarat untuk mereka dapat berperan lebih besar dalam pembangunan. Ketertinggalan mereka harus diperbaiki, agar mereka dapat mandiri dan mempunyai kemampuan pula untuk mengembangkan diri. Kualitas hidup ini tentu saja meliputi kualitas di bidang pendidikan yang harus ditingkatkan dalam kondisi kesehatan yang baik. Dengan kemampuan pendidikan yang baik, mereka diharapkan juga akan dapat lebih baik berperan di berbagai bidang.

Pendidikan yang merupakan hak setiap warga negara untuk mendapat pengajaran dan pendidikan di dalamnya termasuk perempuan papua, tetapi hal ini masih bayak terjadi kendala yang justru timbul akibat dari asumsi-asumsi negatif tentang tabiat perempuan. Asumsi-asumsi ini berasal dari teks-teks adat istiadat dipandang kebenaran mutlak, seperti, asumsi masyarakat bahwa perempuan adalah makhluk yang akalnya lemah, bahwa perempuan adalah pekerja kebun atau ladang, mengurus urusan dapur, melayani suami, selain itu juga perempuan sebagai sumber pendapatan bagi pihak keluarga laki-laki dimana mendapat barang jujur (harta mas kawin) yang berlebihan dan masih banyak asumsi lain. Pada hakikatnya asumsi seperti ini terpengaruh oleh keadaan sosiologis masyarakat setempat.

Kewajiban perempuan dalam menuntut ilmu itu hanya berkutat pada masalah ibadah-ibadah ritual, atau berkisar pada mengatur rumah tangga dan tetek bengeknya. Karena kewajiban mencari nafkah secara mutlak ditanggung laki-laki, maka dalam pemahaman ini, pendidikan bukan hal yang mendesak bagi perempuan. Asumsi-asumsi di atas, kalau sejenak kita melihat realitas kehidupan masyarakat, kita sering menyaksikan fenomena yang bertolak belakang dengan fenomena dan asumsi tersebut.

Maka bagaimana dengan nasib kaum perempuan papua dalam keadaan yang seperti itu? Bagaimana caranya ia mampu mencukupi kebutuhan pribadi dan anak-anaknya, sedangkan bekal pendidikan untuk itu tidak sedikitpun ia dapatkan? Bagaimana ia dapat mempertahankan hidupnya dan keluarganya jika ia sendiri adalah seorang yang lemah dan bodoh tanpa mengetahui apa yang musti dia lakukan? Fenomena-fenomena tersebut hingga kini masih terjadi dalam masyarakat papua.

Kemudian, jika kita tengok posisi kaum perempuan yang menjadi pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, maka pembekalan kaum perempuan dengan pendidikan dalam konteks ini sangat urgen bahkan menjadi kewajiban, karena nantinya, kepribadian masyarakat dan tanah dan bangsa papua ditentukan anak-anak mereka. Maka, pendidikan tunas-tunas bangsa ini dimulai dari proses pendidikan mental dan pembentukan kepribadian dalam keluarga. Selanjutnya, mempersiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang unggul dan sempurna. Nah, agenda-agenda dan harapan-harapan di atas akan sulit terkabul, kecuali melalui tangan-tangan dan nurani ibu-ibu pendidik yang berpendidikan tinggi dan memiliki bekal yang memadai. Bagaiamana kita akan membentuk dan membina generasi yang unggul dan tangguh jika kaum ibu saja masih terbelakangan tanpa pendidikan? Bagaimana bangsa papua dan masyarakatnya akan maju jika mereka masih terseret fenomena-fenomena ini?

Peran perempuan dalam pengawasan, pengasuhan atau pemeliharaan bagi seorang anak yang masih di bawah umur ( 0-4) tahun sangat penting. Anak pada masa usia seperti ini masih lebih dominan di bawah pengasuhan Ibu. Pengetahuan ibu sangat menentukan perkembangan anak karena pada masa usia anak berumur 4 tahun ke bawah akan terbentuk separuh kapasitas kecerdasan anak. Berbagai cara atau pola yang akan ditempuh oleh seorang ibu di dalam pengawasan dan pengasuhan anak. Bagi ibu yang berpengetahuan lebih luas akan memberikan pola pengasuhan dengan baik.

Situasi dan kondisi anak di Tanah Papua masih memprihatinkan. Karena anak adalah generasi penerus masa depan, maka perhatian kepada mereka juga harus menjadi prioritas. Tanpa generasi penerus yang handal, maka dapat diharapkan bahwa Tanah Papua khususnya akan menjadi bangsa yang tidak dapat bersaing dengan bangsa lain di masa datang.

Menyadari akan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam pengawasan dan pengasuhan anak, maka perlu ada gerakan dengan “merombak” keadaan kaum perempuan papua sebagai bagian dari kelompok masyarakat yang sering “terdiskriminasi”, baik dengan “kedok” kebijakan pemerintah, mitos, adat-istiadat atau pun budaya.

Dalam pencapaian sasaran pembangunan pemberdayaan perempuan papua masih sangat diperlukan untuk terus dilaksanakan dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan dan peran serta kaum perempuan dalam mengisi pembangunan antara lain 1) Sosialisasi / advokasi Gender perlu dilanjutkan secara berkesinambungan untuk membangun kesepakatan pembangunan pemberdayaan perempuan antara pemerintah, swasta dan anggota masyarakat untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender disegala bidang dan sektor. 2) Meningkatkan koordinasi antara lembaga – lembaga yang menangani pemberdayaan perempuan baik dalam bentuk program, proyek maupun kegiatan rutin. 3) Pelaksanaan Pelatihan / Pendidikan analisa gender, agar dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang gender serta meningkatkan kemampuan untuk mengutamakan isue gender ke dalam kebijakan program/ perencanaan pembangunan dan masih banyak hal yang masih perlu diperhatikan.

Lebih di sayangkan lagi, jika dilihat statistik pendidikan yang menunjukkan bahwa angka putus sekolah anak perempuan papua setelah sekolah dasar diperkirakan masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Kita percaya bahwa pendidikan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan status dan peranan perempuan sehingga mengupayakan agar setiap anak perempuan dapat menyelesaikan sekolah misalnya melalui Wajib Belajar 9 tahun harus merupakan juga sasaran program prioritas bagi pemerintah daerah di Papua.

Posisi kaum perempuan dalam keluarga dan masyarakat tidak lebih hanya sebagai konco wingking-nya laki-laki, artinya, tugas sosialnya hanyalah “sekedar” pelayan bagi seorang suami, seorang istri hanya bertugas menghidangkan makanan bagi sang suami, mengandung dan melahirkan anaknya, dan bahkan tidak jarang istri tidak mengetahui banyak hal tentang suaminya. Ia juga “hanya” ibu bagi anak-anaknya, tugasnya melahirkan, menyusui dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan materi anak, tanpa ada bekal pengetahuan sedikitpun tentang pengasuhan dan pendidikan anak. Padahal, kualitas generasi umat sangat tergantung pada pendidikan anak, khususnya pendidikan yang ditanamkan ibu pada masa-masa perkembangan awal.

Sedangkan nasib perempuan papua pada saat ini dalam kondisi yang terpuruk dan mengenaskan. Pendidikan sekolah hampir tidak pernah dirasakan kaum perempuan, pendidikan nonformal dari pihak keluarga dan lingkungan mereka hanya sekedar pembekalan untuk mengatur urusan dapur dan rumah tangga saja, bahkan hal itu pun tidak dirasakan secara merata. Interaksi sosial bagi kaum perempuan papua pada saat ini dengan masyarakat luas hampir menjadi suatu hal yang mustahil, karena ia “terpenjara” di antara dinding-dinding rumah mereka sendiri.

Keadaan yang ironis tersebut memasung kebebasan kaum perempuan, baik kebebasan berkehendak, berpikir dan berbuat yang semestinya menjadi hak asasi setiap insan. Perempuan terkekang dan tunduk di bawah kekuasaan kaum lelaki. Kondisi inilah yang perlu melakukan pembaruan sosial ke arah yang lebih “memanusiakan” manusia. Fenomena seperti ini merupakan salah satu sebab utama keterbelakangan kaum perempuan papua.
-------------------
Sumber: http://pendidikanpapua.wordpress.com

BACA TRUZZ...- Pendidikan Ibu Adalah Kesuksesan Anak

Diperkirakan 41% Siswa Usia Sekolah (0-19Thn) di Nabire Masih Buta Huruf

Dalam tahun 2007 ini,Ditjen PMPTK telah melakukan pemetaan Pendidikan di Kabupaten Nabire. Dari data yang ada usia sekolah (0-19 thn) di Kabupaten Nabire dalam tahun 2007 sebanyak 73.414 jjiwa(sumber BPS Nabire).

Dari Jumlah usia sekolah yang ada sebanyak 43.215 jiwa sudah terdaftar di setiap satuan pendidikan yang ada (255 sekolah) mulai tingkat PAUD – SMA,(sumber dinas pendidikan nabire). Sedangkan 30.119 jiwa belum terdaftar pada satuan pendidikan yang ada di Kabupaten Nabire.

Dengan demikian dari data tersebut disimpulkan bawah diperkirakan 41% masih buta huruf dari anak usia sekolah sebanyak 73.414 jiwa yang ada. Belum termasuk usia angkatan kerja dan usia lanjut.

Untuk itu diharapkan semua pihak yang ada di wilayah Kabupaten Nabire ikut peran aktif dalam pembangunan Sumber Daya Manusia Papua ke depan. (Yanus)

BACA TRUZZ...- Diperkirakan 41% Siswa Usia Sekolah (0-19Thn) di Nabire Masih Buta Huruf

Guru Adalah Jantung Sekolah

Senin, Juli 12, 2010

Bapak Dr.Fasli Jalal,Ph.D, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas sedang berbincang-bincang dengan salah seorang guru SD dari Pedalaman Yahukimo sesaat setelah membuka pelatihan Guru CPN SD dan PNS Kabupaten Yahukimo serta para Tutor dan Calon Fasilitator Desa Intensif (FDI) Se Kabupaten Pegunungan Tengah Papua yang berlangsung selama 5 hari mulai tanggal 24-29 April 2006 di Wamena.

Dalam Upaya peningkatan mutu pendidikan di Papua, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas telah mengadakan pelatihan bagi Guru CPN SD dan PNS Kabupaten Yahukimo serta para Tutor dan FDI dari beberapa kabupaten di pegunungan tengah Papua yaitu Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya, Tolikara dan Punjakjaya beberapa waktu lalu di Wamena.

Pelatihan ini diselenggarakan oleh Ditjen PMPTK dan PLS Depdiknas Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Propinsi Papua dan Kabupaten Yahukimo, dengan mendatangkan para pakar dan Dosen dari beberapa Universitas ternama di Indonesia antara lain Prof.Maaruf Akbar, Ketua Program Study PLS Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta, Dr.Usman Shihab,Guru Besar Universitas Negeri Islam Jakarta, Dr.Iwan Pranoto, Dosen Pasca Sarjana FMIPA ITB Bandung, Ir.Budi Pradsojo,M.Sc Pengajar Calon Peserta Olimpiade di Jakarta, Ibu Rusyah Guru SD Wonosobo dan juga sebagai salah satu konsultan di UNICEP Jakarta, Dra.Maria Heny Pratiknyo,MA Ketua Jurusan Antropologi Universitas Samratulangi Manodo,Drs.Ponco Sudaryanto,M.Sc,Widyaswara
LPMP Papua.

Menurut Fasli Jalal, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan bahwa guru adalah jantung dari sebuah sekolah. Sekolah tanpa guru proses kegiatan belajar mengajar akan lumpuh total, dan sebaliknya sekolah memiliki guru dengan fasilitas sekolah yang memadai tetapi kemampuan untuk memanfaatkan fasilitas dan tidak mampu mempraktekkan kepada siswa didiknya atau tidak profesional maka akan sangat mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri. Guru yang kreatif dan profesional dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Papua sebagai alat/bahan pembelanjaran di sekolah, dan siswa akan lebih mudah dan cepat mengerti dan memahaminya.

Di beberapa daerah pedalaman di Indonesia termasuk Papua, banyak siswa yang sudah lulus SD masih belum bisa membaca, menulis dan berhitung. Untuk itu diharapkan kedepan bagi guru-guru yang akan ditempatkan ataupun yang sudah bertugas pada sekolah-sekolah yang berlokasi di daerah-daerah pedalaman perlu diberi berbagai informasi dan akses pengetahuan terkini yang berkelanjutan misalnya melalui pelatihan tanpa melupakan kesejahteraannya.

Pelatihan bagi guru CPNSD,Tutor dan FDI ini sebagai awal dan terus akan ditindaklanjuti oleh Pemerintah melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Papua (LPMP) yang ada dengan memberdayakan KKG,MGMP dan KKS yang ada di setiap Kabupaten di Propinsi Papua serta terus di monotoring dan dievalusi bersama pemerintah daerah kabupaten dan kota. [Yanus]
------------
Sumber: http://pendidikanpapua.wordpress.com/
BACA TRUZZ...- Guru Adalah Jantung Sekolah

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut