Atma Jaya Prsentasikan Profil Kampus di Adhi Luhur

Sabtu, Maret 08, 2008

Nabire (Selangkah)--Unversitas Katolik Atma Jaya Yogyakarta mengutus salah satu dosennya Ibu Meylani Yo, S.Sos untuk melakukan presentasi profil kampusnya di SMA Adhi Luhur Nabire, Rabu (5/3). Presentasi ini diikuti oleh seluruh siswa kelas tiga dan didampingi oleh moderator SMA Adhi Luhur, Pastor Cristophorus Aria Prabantara, S.J.

Kegiatan presentasi yang memakan waktu sekitar 2 jam itu, sekitar 30 menit pertama Ibu Meylani mengawali dengan satu permainan. Permainan tersebut intinya memaparkan tentang lima rahasia orang sukses yang masing-masing memunyai gerakan tersendiri tetapi terpadu dengan iringan musik, sehingga terlihat indah dan cocok dengan musiknya.

Kelima rahasia orang sukses tersebut adalah pertama, orang sukses harus memuyai cita-cita. Tanpa cita-cita orang seakan berjalan tanpa arah. Kedua, setelah memunyai cita-cita kita harus fokus dengan cita-cita kita. Ketiga, untuk mencapai cita-cita tersebut membutuhkan ketangguhan. Keempat, kecepatan juga menjadi salah satu rahasia orang sukses. Sementara yang kelima menurutnya adalah apabila seseorang mau sukses harus memiliki antusiasme. Antusiasme ternyata menjadi sumber kekuatan untuk mencapai impian atau cita-cita kita.

Kegiatan pengenalan Universitas Atma Jaya yang disaksikan juga oleh kepala SMA J. Muji Santara, S.J. itu, siswa menonton film dokumenter tentang Universitas Katolik Atma Jaya Yogyakarta selama 30 menit disertai penjelasan singkat. Kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab. Kegiatan tanya jawab ini terlihat mengasyikan karena setiap siswa yang bertanya mendapatkan suvenir dari Atma Jaya berupa bolpoin berlogo Atma Jaya.

Beberapa siswa mengatakan senang mengikuti presentasi ini. ”Saya senang, karena selama ini kami kadang-kadang bingung mau ke mana. Dengan presentasi seperti ini ada bayangan sedikit,” kata Agustinus Dogomo dari kelas XII IPS. Sementara, Cristoforus dari XII IPA misalnya justru merasa kurang karena belum dijelaskan secara lengkap tentang keenam fakultas yang ada di Atma Jaya. “Saya merasa kurang karena belum dijelaskan secara lengkap. Tadi itu, Ibu hanya lebih banyak menjelaskan yang sosial, lalu yang IPA belum dijelaskan secara rinci,” katanya.

Pada akhir pertemuan, Ibu Meylani memberikan alamat website Atma Jaya dan mengajari cara mengakses informasi lebih lanjut tentang Atma Jaya melalui internet. Katanya, di website yang diberikannya telah termuat segala informasi tentang Atma Jaya, termasuk informasi beasiswa yang ditawarkan dari Atma Jaya.

Pihaknya (Atma Jaya) membuka kesempatan langsung kepada para siswa yang berminat untuk melakukan tes seleksi masuk di Atma Jaya. ”Kami akan membuka kesempatan kepada adik-adik yang mau mengikuti tes seleksi masuk. Bagi adik-adik yang nilai Bahasa Inggris dan Matematika kelas X dan Kelas XI baik, akan diterima tanpa tes. Tes masuk Atma Jaya akan diadakan besok di sekolah ini ( 6 Maret: red), kata Meylani.

Kepada media ini, Ibu Meylani yang juga tenaga ahli Pusat Studi Kawasan Indonesia Atma Jaya itu mengatakan, kegiatan serupa tidak hanya diadakan SMA Adhi Luhur tetapi juga diadakan di beberapa sekolah di tanah Papua. “Saya mengadakan presentasi di beberapa sekolah yang sudah kerja sama dengan kami (Atma Jaya:red) di tanah Papua, misalnya di SMA katolik di Merauke, Sorong, dan di Nabire (SMA Adhi Luhur: red), katanya. [yer]
BACA TRUZZ...- Atma Jaya Prsentasikan Profil Kampus di Adhi Luhur

Wapres Minta Perguruan Tinggi Tak Obral Ijazah

Kamis, Maret 06, 2008

JAKARTA-Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta perguruan tinggi tidak mengobral ijazah atau dengan gampang meluluskan mahasiswanya. Setiap sarjana yang lulus harus punya kompetensi teknis, sehingga perguruan tinggi tidak mencetak pengangguran baru."Wapres minta perguruan tinggi tidak main-main dengan kualitas alumni," ujar Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar Rusliwa Somantri usai bertemu Wapres Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden kemarin (5/3).
Kalla juga meminta perguruan tinggi di Indonesia membuat perbandingan standar mutu pendidikan dengan perguruan tinggi di kawasan, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam. "Ini agar lulusan kita memiliki benchmark dengan lulusan universitas di negara tetangga," katanya.Kalla juga prihatin dengan penurunan peringkat universitas-universitas di Indonesia dari peringkat 200-an dunia pada 2006 menjadi 300-an dunia pada 2007. Tahun lalu, hanya tiga perguruan tinggi Indonesia yang masuk peringkat 400 besar dunia, yaitu Universitas Gajah Mada (360), Institut Teknologi Bandung (369), dan Universitas Indonesia (395).
Indikator penilaian adalah kualitas input mahasiswa, kualitas staf pengajar, jumlah dan kualitas staf pengajar internasional, jumlah mahasiswa asing, rasio dosen dan mahasiswa, dan jumlah publikasi karya ilmiah.Gumilar menuturkan, UI telah menetapkan tujuan menjadi universitas kelas dunia. Karena itu, pihaknya tidak pernah bermain-main dengan kualitas lulusannya. Akibat kontrol kualitas yang ketat, timbul kesan mahasiswa sulit lulus dari universitas peringkat 395 dunia ini. "Kami tidak pernah mempersulit untuk lulus, tapi itu untuk menjaga kualitas itu," tuturnya.Upaya menjadi universitas kelas dunia dilakukan UI dengan memperbaiki infrastruktur dan sistem manajemennya.
Silabus mata kuliah harus dipikirkan substansinya agar mampu menjamin proses belajar mengajar agar berjalan baik. Selain itu kualitas dosen juga ditingkatkan dan menjalankan sistem pendukung seperti IT. "Saat ini, kami juga berusaha meningkatkan rasio dosen dengan mahasiswa, yakni 1 (dosen) dibanding 20 (mahasiswa)," ujarnya.Setiap tahun UI mampu meluluskan 100 doktor, 4 ribu mahasiswa pascasarjana, dan 4 ribu mahasiswa sarjana. UI juga menerima 4.400 mahasiswa baru tingkat sarjana dan sekitar 4 ribu mahasiswa pascasarjana. (noe)
--------------------------------------
Sumber: http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=12336
BACA TRUZZ...- Wapres Minta Perguruan Tinggi Tak Obral Ijazah

SLTP YPK Satu Atap Kampung Ayapo ; Tidak Ada Buku, Kapur Dan Kekurangan Guru

JUBI - Pembangunan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Yayasan Pendidikan Kristen (SLTP YPK), Satu Atap Kampung Ayapo Sentani Kabupaten Jayapura, dibangun oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Provinsi Papua. Selanjutnya, tugas dan tanggung jawab Dinas P dan P Kabupaten untuk meresmikan sekaligus mengelolanya, namun sangat di sayangkan sampai saat ini SLTP YPK Satu Atap kampung Ayapo Sentani, kurang di perhatikan.Menurut Hajai Hanuebi, guru SMP YPK Satu Atap Kampung Ayapo, ketika di temui Jubi di ruang guru, Senin (18/11), awalnya belum ada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), hanya ada Sekolah Dasar (SD).

Namun karena setiap tahun, ketika anak-anak kampung Ayapo menyelesaikan sekolahnya di SD, mereka harus mendaftar ke SLTP Negeri 4 Kampung Harapan yang sangat jauh dari kampung Ayapo, karena harus menggunakan perahu jonson dari kampung Ayapo menuju Telaga Maya, kemudian menggunakan taksi ke kampung Harapan, Sentani. Dengan melihat kondisi seperti ini, maka beberapa guru SD, termasuk Hajai mengusulkan kepada Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayapura (P dan P) untuk membangun SLTP di kampung Ayapo. Usulan itu di terima, kemudian dinas P dan P kabupaten berkordinasi dengan Dinas P dan P Propinsi.

Selanjutnya, dengan ketetapan dinas P dan P provinsi, lahirlah sekolah yang disebut Satu Atap di kampung Ayapo ini. Lanjut Hajai, ketika Dinas P dan P Propinsi menerima keluhan itu, mereka langsung merespon usulan tersebut dengan baik karena usulan tersebut merupakan salah satu program yang dijalankan oleh Dinas P dan P Propinsi. Awal bulan Januari tahun 2007 Pembangunan SLTP mulai di lakukan di kampung Ayapo oleh Dinas P dan P Propinsi dan selesai pada bulan April 2007. Namun sekolah ini tidak langsung diresmikan karena belum tersedia fasilitas. Sehingga selama rentang waktu tiga bulan SLTP ini tidak di gunakan. Dalam rentang waktu tiga bulan tersebut, Dinas P dan P Kabupaten memberikan bantuan berupa meja dan kursi.

Akhirnya Pada tanggal 13 Agustus tahun 2007 Dinas P dan P kabupaten mengambil keputusan untuk meresmikan SLTP satu atap kampung ayapo dan proses belajar mengajar mulai berjalan pada tanggal 14 Agustus tahun 2007 sampai sekarang. Tambah Hanuebi, setelah peresmian di lakukan oleh dinas P dan P kabupaten maka pihak sekolah menarik siswa-siswi asal kampung Ayapo yang sudah melanjutkan ke sekolah pada SLTP Negeri 4 kampung Hapan untuk sekolah di SLTP Satu Atap yang sudah di bangun di kampungnya. Jumlah siswa-siswi yang kemudian bersekolah di sekolah tersebut sebanyak 37 orang. Di sekolah ini ada 12 orang tenaga pengajar di tambah dengan 1 orang Tata usaha (TU).

Meski demikian, menurut Freddy Leisubun, Kepala Sekolah sementara di SLTP Satu Atap Ayapo, tenaga guru yang ada sangat kurang, sehingga satu orang guru menangani dua sampai tiga mata pelajaran. Proses administrasi sekolah juga untuk sementara masih di tangai oleh kepala sekolah sampe saat ini, karena hanya satu orang tenga TU. Dengan adanya kondisi seperti ini, maka hampir setiap hari anak-anak sekolah menunggu guru untuk mengajar. Selain itu belum ada buku-buku yang di gunakan oleh para guru untuk mengajar. Kalau para guru mau mengajar harus membeli buku sendiri. Ditempat terpisah, Claudio Daniel Suebu, siswa SLTP Satu Atap kampung Ayapo, ketika di temui jubi di ruang belajar, mengatakan proses belajar mengajar di sekolah sudah berjalan dengan baik.

“Biasanya para guru selesai mengajar, mereka memberikan tugas kepada kami untuk selesaikan di rumah.” ujar Claudio.Para siswa merasa cukup puas dengan proses belajar yang di berikan. Namun ada beberapa kendala yang di keluhkan oleh Claudio antara lain; tidak ada buku-buku panduan belajar, guru-guru yang kurang. Sehingga ada hari-hari tertentu yang tidak ada proses belajar mengajar. Misalnya pada hari hujan. Biasa para siswa datang dan menunggu guru-guru di sekolah sampai siang, lalu pulang. Hal ini terjadi karena kebanyakan guru yang mengajar di kampung Ayapo, tinggal di daerah Sentani dan Abepura. Mereka juga kebanyakan bukan guru tetap, masih mengajar pada SLTP yang lain.

“Pembayaran SPP yang diputuskan oleh sekolah untuk kami bayar setiap semester sebesar tiga puluh ribu rupiah.” kata Claudio saat ditanya besarnya SPP yang mereka bayar.Lanjut Claudio, sampai saat ini tidak ada kunjungan dari dinas P dan P ataupun lainnya, seperti pada sekolah-sekolah lain yang berada di kota atau kabupaten Sentani Lebih lanjut, Freddy Leisubun, yang juga menjadi guru di SLTP Negeri 4 Kampung Harapan mengatakan pembangunan SLTP Satu Atap ini bertujuan untuk ; memperpendek tantangan yang di hadapi oleh anak Kampung Ayapo.
Karena jarak tempuh yang sangat jauh dan membutuhkan biaya transport besar tidak sebanding dengan tingkat pendapatan masyarakat yang lemah. Sebenarnya sekolah SLTP YPK satu atap kampung Ayapo ini adalah sekolah negeri namun sekolah ini merupakan pengembangan Sekolah Dasar, Yayasan Pendidikan Kirsten (YPK) kampung Ayapo Sentani.
Karena denominasi masyarakat kampung Ayapo rata-rata beragama Kristen maka Dinas P dan P kabupaten meresmikan SLTP ini dengan nama SLTP YPK Satu Atap kampung Ayapo dan masih bersifat sementara. Kurikulumnya juga masih mengalami penyesuaian. “Cap yang di gunakan sampai saat ini adalah SLTP YPK Satu Atap Sentani, berdasarkan nota dinas.” ujar Freddy menegaskan status sekolah tersebut. Lanjut Freddy, tenaga guru pada SLTP satu atap kampung Ayapo Sentani masih bersifat sementara.

Ada empat orang guru SD YPK Ayapo dan delapan guru dari SLTP Negeri 4 kampung Harapan Sentani. Mengenai fasilitas belajar mengajar, bukan hanya buku-buku saja yang di beli oleh guru tetapi kapur juga di beli sendiri oleh guru untuk di pakai. Keluhan ini sudah di sampaikan kepada dinas P dan P namun sampai sekarang belum ada respon. Tambah Leisubun bukan hanya itu saja, bantuan dana untuk menolong para siswa, pun tidak ada sama sekali. Sehingga para guru berusaha rapat untuk menentukan pembayaran SPP yang di bebankan kepada siswa pada tiap semester. Jumlah uang yang di tentukan untuk pembayaran SPP sebesar tiga puluh ribu rupiah. Keputusan ini merupakan hasil rapat bersama para guru dengan kepala sekolah. Namun banyak siswa yang belum membayar uang pembayaran SPP, karena kondisi ekonomi masyarakat di kampung Ayapo juga masih tergolong lemah.

“Mata pencaharian mereka tidak tetap, pendapatan mereka pun demikian. Sehingga kami merencanakan rapat ulang untuk menurunkan pembayaran uang SPP. Bantuan yang kami dapat hanya meja sebanyak 20 buah, kursi sebanyak 40 buah dan papan tulis satu buah. Ini yang baru di dapat dari Dinas P dan P Kabupaten. Padahal kalau di lihat jumlah siswa-siswi yang di tangani di SLTP satu atap kampung Ayapo Sentani ini sebanyak 34 orang.” ungkap Leisubun.Leisubun menambahkan, SLTP Satu Atap ini bukan hanya di bangun di kampung Ayapo Sentani saja tetapi sudah ada enam bangunan yang di bangun di kampung terpencil yang susah dijangkau, di kabupaten Jayapura.

Daerah-daerah yang di bangun sekolah satu atap antara lain Sabron Sari, Meukisi, Yokari, Dormena, Kanda, Kaure dan Ayapo. Sementara itu, Dra. Yuliana Yoku, Kepala Dinas P dan P kabupaten Jayapura ketika di temui Jubi di ruang kerjanya, belum bisa memberikan komentar mengenai pembangunan sekolah Satu Atap kampung Ayapo Sentani karena yang bersangkutan lagi sibuk. (Musa Abubar/Victor Mambor)
----------------------------------------
Sumber : FokerLSMPapua.org
BACA TRUZZ...- SLTP YPK Satu Atap Kampung Ayapo ; Tidak Ada Buku, Kapur Dan Kekurangan Guru

SMA Adhi Luhur Datangkan 10 Ribu Eksemplar Buku

Senin, Maret 03, 2008

Nabire (Selangkah)--Kolese Le Cocq d’Armandville SMA Adhi Luhur mendatangkan buku satu konteiner (seribu judul dan diperkirakan sepuluh ribu eksemplar) dari Jakarta. Buku tersebut dikirim dari Jakarta pada 26 Januari 2008 dengan kapal barang Caraka I dengan biaya pengiriman 22 juta rupiah.
Dengan perjalanan satu bulan di atas lautan, satu konteiner buku itu sampai di Nabire (SMA Adhi Luhur) pada Sabtu, 1 Maret 2008 pada pukul 08.00 WIT. Sekitar satu jam, para siswa mengangkat buku-buku tersebut yang terdiri dari tiga ratusan karton itu ke ruang perpustakaan yang telah selesai dibangun sebelumnya.

Kepada media ini, Rektor Kolese Le Cocq d’Armandville, Basilius Sudibya, S.J., mengatakan, buku tersebut tidak hanya buku pelajaran tetapi lebih banyak buku umum yang mampu membuka wawasan anak-anak muda tentang pandangan dan dunia luar. ”Sebuah lembaga pendidikan, mutu dan tidaknya tergantung pada perpustakaan. Perpustakaan itu sarana yang baik untuk wawasan dan pengetahuan orang terhadap dunia yang tertutup bagi kita, pengetahuan tentang dunia, kepribadian dan sebagainya. Guru itu bukan segala-galanya. Guru itu sosok yang terbatas maka guru juga terus harus belajar di perpustakaan ,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, kedatangan buku itu wujud konsen Serikat Jesus (SJ) dan Kompas- PT Gramedia Pustaka Utama terhadap masyarakat Papua, khususnya di dunia pendidikan. ”Sebenarnya, usaha pengadaan buku telah dilakukan sejak tahun 2001. Setiap tahun kami sisihkan lima sampai enam juta untuk beli buku,” katanya.

”Tujuan kehadiran SJ di tanah Papua, khususnya di Nabire dan memberikan perhatian khusus di bidang pendidikan itu, tujuannya bukan sekedar mendidik anak-anak Papua menjadi pandai-pandai (unggul dalam intelektual), tetapi lebih memunyai pengetahuan yang luas dan memunyai pemahaman tentang masyarakatnya. Kami ingin anak-anak Papua ke depan harus memunyai karakter dan integritas yang baik serta keberanian untuk bertindak,” kata Pater Bas.

Pada tempat yang berbeda, Kepala SMA Adhi Luhur, Pator J. Muji Santara, S.J., mengatakan, kedatangan buku ini berarti apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga Kolese Le Cocq d’Armandville lebih khusus dan masyarakat umum. ”Buku datang dari Jawa belum ada maknanya, kolese harus memberikan makna dengan memanfaatkan (membaca—red). Tidak hanya siswa tetapi juga guru dan karyawan. Guru dan siswa harus ada keseimbangan. Dalam hal ini guru harus menjadi inpirator (sumber inspirasi) bagi siswa,” kata Pater Muji.

Pater Bas juga mengatakan, semakin banyak orang yang membaca itu semakin baik. ”Fasilitas yang ada itu semakin berguna apabila semakin banyak digunakan. Sehingga, walaupun lingkungan SMA Adhi Luhur kecil tetapi karena tempatnya strategis maka terus diupayakan berbagai fasilitas termasuk perpustakaan ini supaya siapa saja bisa mengakses. Maksudnya tempat yang referesentatif untuk mengembangkan diri,” katanya.

Secara spontan beberapa siswa mengungkapkan kesenangannya dengan kedatangan buku tersebut. Gordon Tanggahma dan Maria Magdalena dari kelas X Yury A. Gagarin misalnya mengatakan senang dengan kedatangan buku tersebut. ”Saya senang karena buku-buku ini menunjang pembelajaran. Pada waktu-waktu luang atau pada jam-jam pelajaran kami bisa memanfaatkan itu,” kata Gordo.
Musye Weror dan Simon Jitmau dari kelas XII Ignasio justru memberikan pesan buat adik-adik kelasnya yang masih berada di kelas X dan XI serta anak-anak muda lain yang masih berada di SMP dan sekolah lain. ”Kami senang sekali dengan kedatangan buku-buku ini. Tapi, kami yang kelas XII tinggal beberapa bulan lagi. Maka, saya berpesan kepada adik-adik kelas dari SMA Adhi Luhur maupun siapa saja boleh memanfaatkan fasilitas ini. Karena melalui membaca buku kita akan mengetahui banyak hal yang tidak pernah kita tahu sebelumnya,” kata Musye berpasan.

Kepada media ini, pada Senin (3/3), karyawan perpustakaan SMA Adhi Luhur, Sunce Dalending mengatakan, membutuhkan waktu sekitar satu bulan lebih untuk membuat penomoran dan penstempelan buku-buku tersebut. ”Kira-kira membutuhkan waktu satu bulan lebih untuk penstempelan. Abis buku banyak sekali jadi,” kata Sunce. Dia juga berkomentar, dari beberapa karton yang ia buka, terlihat hampir semua buku berkualitas. [yer/Selangkah/PapuaposNabire, Selasa 4 Maret 2008]
BACA TRUZZ...- SMA Adhi Luhur Datangkan 10 Ribu Eksemplar Buku

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut