Cerita Heboh Seputar Ujian Nasional SMA/SMK 2008

Kamis, April 24, 2008

Beragam cerita dari berbagai daerah mewarnai UN kali ini. Cerita-cerita ini dihimpun dari berbagai media yang terbit on-line beberapa saat setelah pelaksanaan UN dimulai. Jika Anda ingin melanjutkan ke informasi lengkap setiap info, silakan klik link yang tersedia.

1. UN di Kantor Polisi, Apa Rasanya?
Ricky pusing. Sebanyak 50 soal Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia yang baru saja dihadapinya terasa lebih sulit. “Pusing,” begitu kata Ricky. Ricky, siswa kelas XII sebuah SMA Swasta di kawasan Slipi, Jakarta Barat itu, tengah terjerat kasus narkoba. Ia pun harus menjalani ujian dengan suasana yang jauh berbeda dengan teman-temannya. Tak di sekolah, tapi di kantor polisi. Jika teman-temannya bisa ‘pusing’ bersama di satu ruangan kelas, Ricky hanya menikmati ‘pusing’nya sendiri, ditemani petugas polisi yang kebetulan berada satu ruang di tempatnya ujian.http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/22/1119463/un.di.kantor.polisi.apa.rasanya

2. Satu Sekolah Tak Ikut Ujian Bahasa Indonesia
Seluruh siswa Sekolah Menengah Atas Dr Setia Budi di Jalan Air Bersih, Medan tidak dapat mengikuti soal ujian Bahasa Indonesia. Panitia ujian terlambat mengambil soal ke Dinas Pendidikan Kota Medan. Akibatnya, seluruh siswa hanya bisa mengikuti ujian matematika di hari pertama ujian nasional. http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/22/1407013/satu.sekolah.tak.ikut.ujian.bahasa.indonesia

3. Hari Pertama UN, Bahasa Indonesia Susah Banget
Kata orang, kali pertama menghadapi sesuatu bisa menjadi ajang pemanasan. Termasuk saat ujian. Hari pertama, biasanya dijadikan pemanasan otak untuk ujian hari berikutnya. Beberapa siswa SMAN 8, Bukit Duri, Jakarta Selatan yang ditemui Kompas.com usai mengikuti Ujian Nasional (UN), Selasa (22/4) mengakuinya. http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/22/13081846/hari.pertama.un.bahasa.indonesia.susah.banget

4. Di Kediri, Tiga Siswa Ujian Nasional di Sel
Sebanyak tiga orang siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Kediri terpaksa mengikuti Ujian Nasional dari dalam ruang tahanan karena tersangkut perkara kriminal. Dua siswa ujian di ruang tahanan lapas, sedangkan satu siswa ujian di ruang tahanan markas Polwil Kediri.http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/22/11293459/di.kediri.tiga.siswa.ujian.nasional.di.sel

5. Untuk UN, Listrik Jalan dan Industri dipadamkan
PT (Persero) PLN wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah kini melakukan pemadaman listrik untuk penerangan jalan dan sebagian industri sebesar 26 mega watt. Tindakan itu diambil untuk menjamin tidak terganggunya kesiapan para siswa dalam menghadapi ujian nasional akibat krisis listrik di dua provinsi ini. http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/22/15024454/untuk.un.listrik.jalan.dan.industri.dipadamkan..

6. Pengambilan Soal UN Dikawal Polisi
Pengambilan soal ujian nasional di markas Polres Kota Kediri mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Hanya polisi dan guru yang diijinkan mengambil soal yang akan didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Aktivitas pengambilan soal UN itu berlangsung sejak pukul 05.00 WIB. Ribuan guru dari sekolah-sekolah penyelenggara ujian nasional tampak antre menunggu giliran pengambilan soal. Untuk memastikan agar soal tidak bocor ke tangan orang-orang yang tidak bertanggungjawab, masing-masing guru utusan sekolah mendapat penjagaan dua orang aparat polisi. http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/22/11105364/pengambilan.soal.un.dikawal.polisi

7. UN di Makassar berjalan lancar.
Di Makassar, Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan melakukan sidak ke sejumlah sekolah. Secara umum pelaksanaan UN di Makassar berjalan lancar. http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=167340

8. Hand Peserta di Razia Sebelum UN Dimulai di Bali.
Hari pertama ujian nasional SMA/SMK di Bali, Selasa (22/4), diawali razia telepon selular dengan memeriksa peserta guna memastikan tidak ada yang membawa ponsel maupun peralatan lain yang tidak digunakan untuk menjawab soal UN. http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?Id=167348

9. Ujian Nasional di Mentawai Terlambat Karena Ruangan Bocor
Pelaksanaan Ujian Nasional siswa setingkat SMA di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, terlambat 30 menit karena ruang ujian bocor sehingga mengganggu siswa melaksanakan ujian. http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?Id=167357

--------------------------------------------
Sumber: http://sultanhabnoer.wordpress.com/2008/04/22/cerita-heboh-di-hari-pertama-ujian-nasional-sma/
BACA TRUZZ...- Cerita Heboh Seputar Ujian Nasional SMA/SMK 2008

Beri Kunci Jawaban, Kepsek SMA Ditahan

Makassar (ANTARA News) - Upaya untuk menolong siswanya agar lulus Ujian Nasional (UN), Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Cokroaminoto, Makassar Andi Mappanyompa terpaksa ditahan di Polres Makassar Timur, Rabu."Selain Kepsek Cokroaminoto, kami juga menahan tiga orang lainnya karena diduga terlibat pada kasus yang sama, yakni menyebarkan kunci jawaban UN untuk tingkat SMA," kata Kapolresta Makassar Timur AKBP Kamaruddin saat dikonfirmasi, Rabu.

Menurutnya, penahanan Kepsek tersebut setelah diperoleh informasi dan tertangkapnya salah seorang siswa di SMA tersebut menggunakan kunci jawaban oleh pengawas UN. Setelah dilakukan pengembangan kasus, diketahui jika kunci jawaban itu bersumber dari Kepsek Cokroaminoto.Sementara dari keterangan Mappanyompa diketahui, jika kunci jawaban UN diperoleh dari seseorang di sekolah lainnya dengan cara membeli seharga Rp400 ribu.

Kunci jawaban itu kemudian diberikan kepada siswanya dengan maksud untuk menolong siswa-siswanya yang ikut UN.Alasan kekhawatiran banyak siswa sekolah swasta ini bakal tidak lulus, karena standar UN dinaikkan dari 5,00 tahun lalu menjadi 5,25 tahun ini, mendorong kepsek untuk membeli kunci jawaban yang ditawarkan oknum guru dari sekolah lain. Dengan merelakan uang pribadinya, Mappanyompa akhirnya menebus semua kunci jawaban UN untuk hari hari pertama hingga ketiga.

"Yang jelas, saat ini selain Kepsek Cokroaminoto yang ditahan, juga ada dua guru dan seorang mahasiswa yang disinyalir membuat kunci jawaban itu, kami tahan hingga saat ini," jelas Kamaruddin.(*)
-------------------------------------------------
Sumber: http://www.antara.co.id/arc/2008/4/23/beri-kunci-jawaban-kepsek-sma-ditahan/
BACA TRUZZ...- Beri Kunci Jawaban, Kepsek SMA Ditahan

Pemerintah Biayai Siswa, Mulai Dari Ujung Rambut Hingga Kaki

Manokwari - Sejak dua tahun berjalan ini, Pemerintah Daerah Teluk Bintuni menerapkan program pendidikan gratis, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga menengah atas (SMA).

Program ini bertujuan untuk merangsang sekaligus mempermudah anak-anak untuk bersekolah. Atau dengan kata lain tak ada istilah, soal ekonomi menjadi ganjalan utama hingga tidak bersekolah.

Hal ini diakui Bupati Teluk Bintuni, drg. Alfons Manibui, DESS. Ia menjelaskan pemerintah daerah tetap memperhatikan sektor inti, salah satunya adalah pendidikan.
Alasan utama hingga diterapkan program ini, jelas bupati, karena pendidikan itu berangkat dari keluarga yang kondusif. “Bagaimana kalo seandainya ekonomi saja sudah terjepit, tapi di sisi lain ada tuntutan untuk bersekolah. Dan ini yang coba kita (pemda,red) untuk menjawabnya,” jelasnya saat ditemui Cahaya Papua, belum lama ini.

Ia menegaskan, program pendidikan gratis ini bukan merupakan sebuah pemanjaan, tapi hanya berbentuk rangsangan. Dan hal ini pada akhirnya akan ditiadakan, jika pendidikan di Bintuni telah berjalan baik.

“Program ini akan berjalan terus, meski siapa yang nantinya menjadi pimpinan di daerah ini. Sebab kalo program ini bagus dan berguna kenapa harus diberhentikan,” jelasnya saat menjawab pertanyaan CP, terkait jaminan jika adanya pergantian pimpinan di Kabupaten Teluk Bintuni.

Bila dilihat, program pendidikan gratis ini sungguh luar biasa. Sebab pemerintah membiayai mulai dari ujung kaki hingga kepala siswa. Dan itu berlaku mulai dari TK hingga SMA. Misalnya, untuk siswa SD, pemerintah memberikan subsidi dana sebesar 1 ½ juta, sedang SMP sebesar 3 ½ juta per tahunnya.

“Ini tidak main-main. Dan sudah menjadi komitmen kita untuk mengangkat sektor pendidikan. Selain itu dana yang dialokasikan untuk pendidikan di Bintuni saat ini mengalami peningkatan, dari sekitar 97 miliar menjadi kurang lebih 120 miliar,” tandas Manibui.
Bupati menjelaskan, selain menerapkan program ini, pihaknya juga menggelar sistem pendidikan berpola asrama. Dan ini sudah mulai dilaksanakan di beberapa titik, seperti di Tanah Merah dan Babo.

“Dengan pola asrama ini, kita (pemerintah) berniat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab dengan asrama semuanya akan terpantau,” jelas bupati seraya mencontohkan untuk kelas 1 sampai 3 SD masih berada di rumah (keluarga), tapi menginjak kelas 4 sampai 6 akan masuk ke asrama.(wmr)
---------------------------------------
Sumber:http://cahayapapua.com/?p=274
BACA TRUZZ...- Pemerintah Biayai Siswa, Mulai Dari Ujung Rambut Hingga Kaki

Enam Tahun Otsus

400 Anak Telantar di Wamena

JAYAPURA] Meski otonomi khusus (otsus) Papua sudah berjalan 6 tahun, sekitar 400 anak di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua telantar. Mereka sangat membutuhkan perlindungan, kasih sayang, dan pertolongan. Anak-anak tersebut berasal dari keluarga orang Papua yang mengalami konflik dan perceraian rumah tangga.

"Kini, mereka hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Suka mencuri, mengonsumsi minuman keras, merokok, dan menghirup lem aibon yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh," ujar Koordinator Persekutuan Bangkit Orang-orang Muda (Perbom) Jayawijaya, Enius Wanimbo kepada SP, di Jayapura, Minggu (20/4).

Dia sangat mengharapkan agar semua pihak di Papua termasuk pemerintah kabupaten dan Provinsi Papua menggunakan dana otonomi khusus (otsus) bidang kesejahteraan sosial untuk menyelamatkan mereka melalui pendidikan dan pembinaan. Sebab, kebiasaan buruk itu akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak-anak tersebut.

Perbom saat ini, tambahnya, sedang menangani 20 anak. Umumnya mereka berusia antara 8-16 tahun. Mereka diberikan pendidikan dalam kategori paket A, B, dan C, sekadar memperkenalkan kepada pengetahuan menulis, membaca, dan berhitung dengan model pendekatan secara rohani.

Selain memberikan pendidikan, anak-anak ini diberikan makan dan minum setiap hari. Namun, untuk kelanjutannya pihaknya sangat kesulitan untuk menyiapkan makan dan minum. Meskipun demikian, Perbom berupaya dengan menjual ternak ataupun menjual hasil kebun sehingga dari sana biayanya dipakai untuk melengkapi kebutuhan anak-anak tersebut.
Diungkapkan pihaknya mendapatkan bantuan tetap setiap bulan Rp 2 juta dari Persekutuan Doa Keluarga Generasi Baru (KGB) Jayapura ditambah bantuan yang sifatnya pribadi dari Ibu Willi yang bekerja pada Mission Aviation Fellowship (MAF) Wamena dengan nilai Rp 2,5 juta per bulan.

Memberi Perhatian
Untuk itu, Wanimbo berharap agar pemerintah kabupaten dan Provinsi Papua dapat memberi perhatian untuk generasi ini karena bila tidak segera diatasi maka dalam rentan 5-10 tahun ke depan generasi muda Papua akan berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Padahal, kita semua tahu ada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua yang diberikan untuk memajukan orang asli Papua.

"Ke manakah dana yang besar itu. Sementara orang asli Papua semakin menderita dan akan punah di atas kekayaan alamnya yang berlimpah. Marilah kita selamatkan anak-anak ini dari kesengsaraan. Menyiapkan masa depan generasi muda Papua yang cemerlang. Pemerintah Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya dengan dana otsus harus menyelamatkan mereka," ujarnya. [GAB/W-8]
-------------------------------
Sumber:http://www.suarapem baruan.com/ News/2008/ 04/21/Nusantar/ nus01.htm
BACA TRUZZ...- Enam Tahun Otsus

SISWI BICARA

Senin, April 21, 2008

“Kalau Kartini Masih Hidup, Dia Pasti Sedih"

Nabire (selangkah)—Hari Ulang Tahun (HUT) tahun ini (HUT ke-129), para siswi Kolese Le Cocq d’Armandville SMA Adhi Luhur ikut berkomentar. Kepada Selangkah, Senin, (21/4), beberapa siswi Adhi Luhur berkomentar, seandainya R.A. Kartini masih hidup dan melihat keadaan perempuan Papua, dia pasti sedih.

“Seandainya, Kartini masih hidup dan melihat keadaan perempuan yang masih belum bebas dari perjuangannya, dia pasti sedih. Perempuan, di berbagai sisi masih dililit berbagai persoalan. Lebih banyak persoalan diakibatkan oleh sistem adat,” kata Fitri Apriliyani Tiran, siswi kelas XI.

Katanya, selain sistem adat, juga dipengaruhi oleh aturan-aturan lain yang mengharuskan perempun harus ini dan itu. Sebenarnya, perempuan juga memuyai kemampuan lebih seperti laki-laki. Buktinya, perempuan bisa menjadi presiden, gubernur, bupati, dan lain-lain. Laki-laki masih memandang perempuan sebagai kaum kelas dua.

Di tempat yang sama, Uma Mariani Pekey dan Inna Veronika Uropmabin, mengomentari keprihatinan yang sama. “Dari sisi sistem adat, laki-laki Papua masih menganggap perempuan sebagai kaum yang lemah dan urusannya masih sebatas domestik (rumah tangga). Padahal, perempuan juga bisa melakukan banyak hal di luar dari sekedar dapur.

“Penghargaan dan pengakuan martabat perempuan Papua hingga saat ini masih harus diperjuangkan. Jadi, intinya, perjuangan Kartini belum selesai. Saat ini di Papua masih membutuhkan Kartini-Kartini muda,” katanya.

Kata Uma, Kartini adalah perempuan pejuang. Berkat perjuangannya di masa lalu, kini dapat kita rasakan. Kita (perempuan) bisa sekolah karena perjuangannya. Namun, di sisi lain perjuangan itu terus harus dilanjutkan, karena perempuan Papua, khususnya perempuan Mee dan suku-suku tertentu masih dikungkung oleh sistem adapt cara berpikir laki-laki yang sempit.

“Kebanyakan laki-laki Papua memandang perempuan hanya sebagai penghasil uang, sehingga harga maskawinnya terus meningkat. Bahkan, ada bapak-bapak yang melarang anak perempuan untuk sekolah, walaupun ada keinginan untuk sekolah. Saat ini, laki-laki dan perempuan memunyai hak yang sama untuk berpendidikan tinggi. Sejauh perempuan mampu dan orang tua mampu membiayai, untuk apa larang-larang,” kata Uma.

Kekerasan
Veronika dan Uma mengatakan, perempuan Papua hingga saat ini masih dihantui kekerasan oleh laki-laki (suami).“Laki-laki menganggap, dengan membayar harta maskawin, perempuan itu telah menjadi milik mereka sehingga mereka melakukan apa saja yang diinginkan,” kata Uma.

“Kadang-kadang laki-laki memukul perempuan dengan seenaknya. Mereka menganggap perempuan itu telah dibayar lunas dengan harta maskawin. Padahal, perempuan (istri) adalah pendamping laki-laki memunyai martabat yang sama seperti laki-laki. Selain itu, kalau kita lihat, banyak laki-laki yang ganti-ganti pasangan. Mereka memandang perempuan sebagai kaum lemah yang kapan saja dapat mereka permainkan,” kata Vero.

Fitri mengatakan, ujung tombak kemajuan suatu bangsa tidak hanya terletak pada laki-laki, tetapi juga perempuan. Mendidik dan memperlakukan perempuan sebagai manusia yang memiliki hak-haknya adalah satu langkah untuk kemajuan suatu bangsa. “Peran-peran penting dalam keluarga itukan dilakukan oleh perempuan. Dalam mendidik anak misalnya, perempuan memunyai peranan yang penting dalam mendidik anak. Jika, suami selalu memukul perempuan setiap saat, bagaimana dengan perkembangan anak-anaknya,” kata Fitri.

Terlapas dari kekerasan rumah tangga, Uma dan Vero mengatakan, perempuan Papua di masa lalu juga mengalami kekerasan oleh militer. “Perempuan Papua, khususnya perempuan pedalaman banyak yang mengalami kekerasan oleh militer. Ada yang diperkosa, ada yang dipukuli saat hamil. Jadi, mereka banyak yang mengalami tekanan psikis dan fisik. Namun, hal-hal itu tidak pernah terungkat. Tetapi, hal itu kini sudah mulai berkurang. Muda-mudahan tidak terjadi laki, soalnya tentara dan polisi itukan tugasnya melindungi masyarakat,” kata mereka prihatin.

Mereka berharap, kini zaman telah berubah dan tidak ada alasan lagi untuk perempuan tidak maju. Tidak perlu larangan-larangan yang berlebihan. Tidak perlu juga kekerasan-kekerasan terhadap perempuan. Bila perlu kekerasan terhadap perempuan harus dihapuskan. Karena kekerasan hanya melahirkan trauma bagi perempuan. Kekerasan hanya akan menghambat perempuan untuk berkembang. Laki-laki dan perempuan harus maju bersama-sama dua insan yang memiliki martabat yang sama.

Alvince Mengajar Teman-teman Kelasnya
Peringatan HUT Kartini (21/4) di seluruh Indonesia ditandai dengan berbagai kegaitan, baik kegiatan yang berupa hiburan maupun kegiatan yang berbauh ilmiah.

Siswa SMA Adhi Luhur, kelas XI misalnya, merayakannya dengan agak unik. Unik karena, sebagai penghargaan kepada Kartini, Alvince Wenda siswi kelas XI IPA mengajar teman-teman kelasnya. Tidak hanya di kelasnya, tetapi dia juga mengajar di kelas XI IPS.

Dia menggunakan dua jam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia masing-masing di kelas XI IPA dan IPS. Bahkan, waktu dua jam tidak cukup sehingga Alvincen menyarankan teman-temannya untuk fotokopi materinya. Presentasi berjalan lancar selayaknya seorang ibu guru yang mengajar di depan kelas. Sementara, teman-temannya memerhatikan dengan serius.

Meteri yang diajarkan adalah tentang cara menulis karya ilmiah. Materi tersebut dia dapatkan dari seminar pada beberapa minggu lalu. Beberapa minggu lalu, dia (Alvince) mengikuti seminar sebagai utusan dari sekolah. [Yermias Degei]
BACA TRUZZ...- SISWI BICARA

Nama ‘Papua’ dalam Sejarah

Minggu, April 20, 2008

Sebelum abad VI dan VII sesudah Masehi pulau (Papua) yang terbesar kedua di dunia ini masih belum dikenal oleh dunia. Dunia hanya mengenalnya sebagai sebuah daratan yang tak dikenal (Pigay, 2000:93). Papua dikenal oleh bangsa luar setelah abab VI dan VII sesudah Masehi melalui perdagangan dan pelayaran para pedagang Persia dan Gujarat serta pedagang-pedagang India. Ketika mereka melihat pulau itu menyebutnya dengan Dwi Panta dan juga Samudranta yang artinya Ujung Samudra atau Ujung Lautan. Dua abad kemudian (abad VIII) para pelaut dan pedagang Cina melakukan transaksi dagang. Mereka membeli burung Nuri, Kakaktua, dan burung-burung kuning dengan cara barter berupa Piring, Bangkok Porselin, dan benda-benda lain. Tempat asal rempah-rempah ini oleh pedagang Cina diberi nama Tungki. Pada abad yang sama pelaut Sriwijaya mengenalnya dengan nama Janggi.

Awal abad XVI Masehi (1500-1800) Antonio d’Abrau (d’Arbreu) 1511 dan Francesco Serano 1521 menyebut wilayah besar itu dengan nama “Os Papuas” atau Ilha de Papo Ia. Tahun 1526-1527, Don Jorge de Menetes juga dari Portugis menamakannnya Papua. Nama Papua diketahui dalam catatan harian Antonio Figafetta juru tulis pelayaran Magelhaens yang mengelilingi dunia. Nama Papua diketahui saat ia singgah di Tidore dan saat itulah nama Papua lebih dikenal di seluruh dunia. Dalam bahasa Tidore Papo ua artinya tidak bergabung tetapi dalam bahasa melayu berarti rambut keriting. Pelaut Spanyol Alvaro de Savedra yang tidak bersamaan dengan pelayaran Magelhaens ketika menancapkan jangkar kapalnya di pantau Utara Papua tahun 1528, ia menamai pulau itu Isla del Ora atau Island of Gold yang artinya pulau emas. Pelaut Spanyol lain, Ini Go Oertis de Retes memberikan nama Nueva Guinea (Nova Guinea, bahasa latinnya atau Netherland Nieuw Guinea, diberikan oleh orang Belanda). Ia memberikan nama itu setelah ia melihat penduduknya mirip dengan penduduk Guinea di Afrika Barat (sebuah Negara bekas jajahan Portugis).

Nama Papua dipertahankan hampir dua abad lamanya baru kemudian muncul Nieuw Guinea. Pada abad ke-19 kedua nama ini dikenal secara luas. Para penduduk nusantara mengenal dengan nama Papua, sementara nama Nieuw Guinea terkenal sejak abd ke-16 setelah tampak dipeta dunia (dipakai oleh dunia luar terutama Negara-negara Eropa). Pada tahun 1940-an di kampung Harapan Holandia (sekarang Jayapura) beberapa dewan suku (Frans Kasiepo, Corinus Krey,Yan Waromi) dari sekolah pemerintahan yang didirikan oleh Residen JP Van Eechoud dalam rangka mewujudkan “Papuanisasi” memunculkan ide pergantian nama Papua atau Nieuw Nuinea. Ide tersebut terwujud pada pertemuan kedua di Ifar Gunung Holandia. Mereka memilih sebuah nama yang berasal dari Biak dan nama tersebut diambil dari sebuah mitos Mansren Koreri, yaitu Irian. Dalam bahasa Biak Iri artinya tanah dan An artinya panas, jadi Irian berarti tanah panas (Pigay, 2000:96), namun menurut Koentjaraningrat (1994) Irian (Iryan) berarti “sinar matahari yang menghalau kabut di laut”, sehingga ada harapan bagi para nelayan Biak untuk mencapai tanah dataran seberangnya.

Pada tanggal 16 Juli 1946 nama Irian disosialisasikan di konferensi Malino oleh Frans Kasiepo melalui pidatonya mewakili Papua. Selanjutnya nama Irian dipolitisir lewat para pejuang merah putih seperti Marthen Indey, Silas Papare, dan para Digulis lainya pada masa perjuangan perebutan Papua dari tangan Belanda untuk Ikut Republik Anti Netherland (IRIAN), Muhamd Yamin melalui Pigay, (2000:97), padahal bangsa Papua tidak pernah membenci bangsa manapun. Nama tersebut tidak terkenal di seluruh dunia sekalipun sudah sekian lama dicetuskan oleh para pembela merah putih. Sepanjang Konferensi Meja Mundar hingga penyerahan Papua tetap masih menggunakan West Nieuw Guinea. Nama Irian secara umum digunakan setelah 1 Mei 1963 dengan sebutan Irian Barat. Pada tanggal 1Meret 1973 sesuai dengan peraturan No. 5 tahun 1973 nama Irian Barat resmi diganti oleh Presiden Soeharto dengan nama Irian Jaya. Pergantian tersebut dilakukan bersamaan dengan peresmian eksplorasi PT Freeport yang telah masuk ke Erstberg jauh sebelum UU PMA Nomor 1 tahun 1967 itu disahkan (sebelum Papua sah menjadi bagian dari Indoneia melalui PEPERA 1969).

Dalam perjalanan sejarah selanjutnya dengan berjalannya waktu, masyarakat Papua mulai memahami bahwa nama-nama tersebut menunjukkan sebuah nama yang bermuatan politik. Masyarakat Papua mulai menyadari bahwa nama-nama tersebut bukan berarti konstan dan abadi. Mereka terus mencari sebutan yang benar-benar menunjukkan identitas Papua yang rasional bukan politis. Dengan berjalannya waktu, masyarakat Papua menyadari bahwa nama Papua adalah sebuah nama yang menunjuk pada identitas orang Papua. Namun, antara tahun 1973-2000 nama Papua dilarang digunakan di Papua. Orang yang menggunakannya dianggap Organisasai Papua Merdeka (OPM) sehingga dibunuh atau dipenjara. Setelah melalui masa-masa refresif (tahun 1973-2000), akhirnya pada tanggal 26 Desember 2001 Presiden Abdulrahman Wahid memberikan hadih natal menggantikan Irian Jaya menjadi Papua Barat perjuangan rakyat Papua. [Redaksi]
BACA TRUZZ...- Nama ‘Papua’ dalam Sejarah

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut