14 Pelajar Nabire Lulus Test Olimpiade Fisika

Selasa, Mei 05, 2009

Sebanyak 14 pelajar di Kabupaten Nabire lulus tes Olimpiade Fisika mewakili Propinsi Papua. Sebelumnya, Test Olimpiade ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008 lalu.

Masing-masingnya adalah, 5 pelajar dari SMA YPPK Adhi Luhur, 4 pelajar dari SMA Negeri 03 Nabire, 3 dari SMA Anak Panah Nabire serta seorang pelajar dari SMA Ipaiye Nabire. Belakangan, seorang pelajar dari SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, Kaleb Yenusi dipulangkan karena sakit.

Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Kabupaten Nabire A.H.Sihombing A.Md Pd kepada JUBI di Nabire, Senin (5/5) mengatakan, pemda Nabire hanya memfasilitasi tanggungan transport. Untuk biaya selanjutnya, menjadi tanggungan dana Otsus (Otonomi Khusus) dari pemerintah Provinsi Papua.

Sementara itu, Maria Pekey, salah seorang peserta Olimpiade kepada JUBI, Selasa (5/5) di Nabire mengatakan, peserta secara umum di Papua sekitar 20 orang. Peserta itu akan dikuliahkan keluar Negeri seperti ke Jepang, Amerika, Cina dan Korea. “Tapi sekarang, kami harus pulang ke sekolah di sini (Nabire) karena harus mengikuti ujian nasional dan ujian sekolah,” ujarnya. (Willem Bobi/Nabire)
---------------------------------
Sumber: Tabloidjubi.com

BACA TRUZZ...- 14 Pelajar Nabire Lulus Test Olimpiade Fisika

Rp90 Juta, Biaya Hardiknas di Nabire Tuai Protes

Biaya penyelenggaraan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kabupaten Nabire senilai Rp 90 juta yang bersumber dari dana pendidikan Dinas Pendidikan dan pengajaran (P dan P) Nabire menuai protes dari sejumlah kalangan pendidikan di Nabire.

Menurut laporan yang diterima JUBI (4/5), dana tersebut digunakan untuk mendanai 2 kegiatan yaitu jalan santai dan lomba kebersihan antar sekolah yang melibatkan beberapa sekolah di kota Nabire. Ironisnya, dalam acara Hardiknas tersebut ditemui sebuah tenda berukuran mini disewa dengan harga Rp 16 juta untuk sehari. Sejumlah guru di Nabire kaget membandingkan dana sebesar Rp 90 juta untuk kegiatan peringatan Hardikas.

Aksi protes peringatan Hardiknas terjadi ketika publik mengetahui bahwa Dinas P dan P Nabire menghabiskan dana Rp 90 juta dari sumber dana pendidikan. Sementara dana Open House dan lomba serta kegiatan Hardiknas yang diikuti sejumlah sekolah menghabiskan dana dibawah Rp 20 juta dengan sumber swakelola. Misalnya SMA Adhli luhur dengan kegiatannya yang dilaksanakan di Kompleks sekolah ternyata hanya menghabiskan Rp 13 juta.

”Acara seperti ini kok sewa tenda itu masa Rp.16 juta untuk 2 jam,” tandas Ibu Agnes, guru SMA YPK Tabernakel Nabire. "Semeriahnya acara Hardiknas yang dilakukan Dinas P dan P Kabupaten Nabire tak relevan dengan besarnya dana yang dikeluarkan Dinas P dan P Nabire," ujar seorang guru yang tak menyebutkan identitasnya. Guru SMA Adhi Luhur Nabire Yermias Degei mengatakan, makna Hardiknas sebenarnya bukan menyelenggarakan acara peringatan itu. Tapi lebih bermakna jika melihat kembali proses pendidikan, seperti menata masa depan siswa khususnya dan generasi muda pada umumnya,” tutur Yermias.

Secara terpisah, Kepala Sekolah SMA YPPK Adhi Luhur Nabire P.J Mardi Santara SJ menilai, persiapan kegiatan Hardiknas yang diselenggarakan pemerintah daerah dinilai mendadak, sehingga target dan tujuannya masih banyak terdapat kekurangan. ”Habis karena Dinas P dan P Nabire maunya cepat dan mendadak sehingga akhirnya jadi begini,” ungkap Romo Mardi.

Dia juga mengatakan ketidaksiapan penyelenggaraan Hardiknas secara mendadak dapat berakibat fatal sehingga persiapan yang tak matang dapat mengganggu agenda pendidikan di tingkat sekolah lainnya. ”Persiapan Open House ini harus dari tahun sebelumnya,” ujarnya. (Willem Bobi)
---------------------
Sumber:http://www.tabloidjubi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3717&Itemid=101

BACA TRUZZ...- Rp90 Juta, Biaya Hardiknas di Nabire Tuai Protes

Peringati Hardiknas di Nabire, Kaisiepo Resmikan Hotspot

Minggu, Mei 03, 2009

Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di kota Nabire, Bupati Kabupaten Nabire Drs. H.P. Kaisiepo, MM usai mengikuti upacara bendera yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Pengajaran di Halaman Sekolah Yayasan Tabernakel, langsung meresmikan sebuah jaringan hotspot untuk Dinas P dan P Nabire.

Gelar upacara bendera itu dibanjiri sejumlah lembaga pendidikan negeri maupun swasta, dari berbagai tingkat TK, SD, SMP dan SMK/SMA di Nabire. Sejumlah pejabat sipil dan militer juga mengikuti peringatan pendidikan yang dilangsungkan sekali dalam setahun itu. Usai gelar upacara bendera, Bupati Kaisiepo selanjutnya meresmikan sebuah Hostpot. Kehadiran internet gratis tersebut diharapkan bisa mendorong kelancaran dan tugas pendidikan di Nabire. “Internet sangat penting, jadi ini sangat tepat dimiliki Dinas P dan P Kabupaten Nabire,” ujar Kaisiepo.

Namun demikian, Kaisiepo tetap berharap agar penggunaan internet gratis tersebut hanya diperuntukan untuk hal yang positif. Bukan sebaliknya. Hostpot itu sendiri berjarak jangkauan sekitar 100 meter.

Open House Adhi Luhur
Sementara itu, memperingati Hardiknas di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, diadakan acara Open House di Halaman Sekolah. Open House yang ditandai dengan apel pagi bagi siswa-siswi tersebut digelar pagi sekitar pukul 08.00 WIT.

Gelaran tersebut diwarnai sejumlah kegiatan seperti pembuatan stand masing-masing bidang antara lain, Geografi, Komputer, Sains, Bahasa Inggris, Jurnalistik, Moral dan Agama, IPA (Fisika, Kimia dan Biologi) serta stand Perpustakaan dan warung makan dari masing-masing kelas.

Sejumlah stand bahkan bekerjasama dengan pihak Adhi Luhur. Misalnya Komunikasi yang diwakili oleh Papua Inti Seluler (PIS) Nabire dan Stand milik PT Honda Indonesia dari Dealer Honda di Nabire. PIS juga menjual pulsa dan asesoris handphone sementara Honda memajang sebuah motor selayaknya sebuah Show Room Honda. Sejumlah stand ini diperuntukkan untuk ajang membuka potensi layanan informasi teknologi bagi siswa siswi di SMA YPPK Adhi Luhur. (Willem Bobi/Nabire)
-----------------------
Sumber: Tabloidjubi.com
BACA TRUZZ...- Peringati Hardiknas di Nabire, Kaisiepo Resmikan Hotspot

Ortu Harus Mendorong Anak Menimba Ilmu

Wakil Bupati Jayapura Zadrak Wamebu, mengharapkan, orang tua (Ortu)harus giat mendorong anaknya agar lebih serius menimba ilmu. Pasalnya hanya dengan pendidikan maka generasi bangsa ini terutama generasi Kabupaten Jayapura bisa membangun budaya-budaya baru dan juga berinteraksi dengan orang lain hingga ke belahan bumi yang lain.
Hal ini dikatakan Wakil Bupati Jayapura Zadrak Wamebu usai bertindak sebagai Irup pada upacara peringatan Hardiknas di lapangan upacara Kantor Bupati, Sabtu (2/5) pekan kemarin.

"Saya berharap agar orang tua bisa mendorong anaknya agar lebih giat dan menikmati pendidikan seluas-luasnya, karena dengan demikian mereka bisa keluar dari ketertinggalan dan ketertutupan terhadap informasi perkembangan dunia luar," jelas Wabup.

Apalagi saat ini pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakkan disektor pendidikan yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat untuk menikmati pendidikan seluas-luasnya. Wabup mencontohkan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah berupa bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS), dan juga pemberian dana BOS Kabupaten, program P5, dan lainnya.

Sehingga kesempatan ini jangan disia-siakan, sebab pendidikan itu terbukti mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan langkah roda pembangunan.
Ditempat terpisah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura Dra Yuliana Yoku mengatakan bahwa saat ini pendidikan sudah mengarah kepada peningkatan mutu dan daya saing bangsa Sehingga dibutuhkan strategi yang tepat dengan upaya-upaya untuk ikut bersaing lewat kualifikasi yang dimiliki oleh peserta didik.

Selain itu, menurut Yulina untuk mencapai tujuan agar ikut bersaing dalam peningkatan mutu pendidikan ada beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya adalah perbaikan dalam proses belajar-mengajar dan bahan pengajaran oleh guru serta sertifikasi terhadap guru.
(jim)
---------------------------
Sumber: Cepos


BACA TRUZZ...- Ortu Harus Mendorong Anak Menimba Ilmu

Mutu Pendidikan di Jayawijaya Perlu Peningkatan

World Vision Indonesia (WVI) melalui salah satu staf Departemen Komunikasi, Enda Balina mengatakan, dari hasil survey lembaganya, mutu pendidikan di Kabupaten Jayawijaya perlu ada peningkatan untuk meningkatkan harkat dan martabat orang gunung.

World Visi melihat, masih rendahnya kemampuan baca, tulis, berhitung dan kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anak serta letak geografis di wilayah gunung, maka diperlukan kerja keras semua pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan di Jayawijaya.

Dari hasil survey WVI tahun 2007 terhadap kualitas pendidikan dasar di wilayah Jayawijaya, menunjukan tingginya angka putus sekolah, 40 persen Droup Out (DO) dari sekolah Dasar (SD). Dari jumlah siswa yang dapat menyelesaikan pendidikan SD.

”Mutu pendidikan Jayawijaya harus ada peningkatan, survey kami (WVI-red) hanya 78 persen siswa yang berpartisipasi di tingkat SMP,” ujar Enda Balina kepada Papua Pos disela-sela peringatan Hari Pendidikan Nasional, Sabtu (2/5) kemarin.

Melihat hal itu, WVI bekerja sama dengan Surya Institut membuat terobosan dengan mengajak pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya untuk melakukan kerjasama meningkatkan mutu pendidikan di Jayawijaya. Disepakati, WVI akan melakukan penyaringan siswa untuk dibina bagi siswa Jayawijaya yang berpotensi, masing-masing pihak memberikan kontribusi untuk program kerjasama yang dibuat.

Dijelaskan, dari hasil kerjasama itu di tahun 2009, ada 4 anak asli Jayawijaya dikirim ke Jakarata di Surya Institut untuk mendapat pembinaan selama 17 bulan, ditempat itu mereka mendapat pembinaan insentif dibidang Matematika.(rico)
----------------------------------
Sumber:Papuapos

BACA TRUZZ...- Mutu Pendidikan di Jayawijaya Perlu Peningkatan

Mental Guru Perlu Ditingkatkan

Mantan ketua STIPER Ir.Stanis Leston mengatakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Papua khususnya di wilayah pedalaman menghadapi tantangan yang cukup besar, khususnya dari guru-guru yang mengajar. Mental guru-guru perlu disiapkan dengan baik sehingga mereka siap mengajar di daerah pedalaman.
Selain itu, mental kendala lain adalah tofograpi Papua cukup sulit dijangkau baik melalui darat maupun transport udara. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Papua membutuhkan waktu dana yang cukup besar, jika ingin sejajar dengan daerah-daerah lain di Indonesia.

Dikatakan, berdasarkan pengalamannya pada tahun-tahun sebelumnya bahwa pendidikan di Papua ini harus dicoba dengan menyelesaikan kondisi objektif orang-orang Papua yakni bagaimana caranya anak-anak itu bisa masuk kesekolah dan bagaiman guru-guru dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.”Kondisi guru di Papua saat ini sangat lemah jika dibanding dengan tahun 1951-1961. Untuk bisa sama kualitasnya dengan daerah lain dalam mencapai pendidikan yang bermutu, maka dibutuhkan dana yang cukup besar dan waktu yang cukup lama,” jelas Leston, Sabtu (2/5) di Rumah Bina SMA Taruna Bhakti Waena.

Namun demikian ujar Leston, semua ini bisa terwujud asalkan didukung usah dan kemauan untuk berjuang keras, apalagi dengan kondisi ekonomi sekarang ini dan kondisi kultur dari pada orang Papua maka tidak sulit untuk meningkatkan mutu pendidikan di Papua. “Yang menjadi masalah adalah kita belum mengenal orang Papua, ini menjadi persoalan yang paling sulit dalam membangun di Papua khususnya dalam bidang pendidikan,” ujarnya.

Untuk itu, ada baiknya kita harus mengenal orang Papua lebih dalam, jika tidak mengenal orang Papua, maka kita akan kesulitan meningkatkan mutu pendidikan di Papua. Sebab orang Papua itu mempunyai budaya lain sekali dengan orang luar di Papua dalam segala bidang. Dalam bidang apapun terutama di bidang pendidikan hendaknya mengenali orang Papua lebih dahulu dan menjadi hal yang utama supaya dapat merencanakan pembangunan yang baik dan tidak mendapat kesulitan lagi khususnya di Papua ini dengan medan yang berat.

Untuk itu perlu ada pembinaan mental kuat bagi guru-guru supaya siap ketika ditempatkan di daerah pedalaman, mereka juga harus menunjukkan bahwa mereka mau berjuang untuk memajukan pendidikan di Papua.

Lebih lanjut dikatakan, masalah tenaga guru berdasarkan pengalamannya di Merauke disalah satu Yayasan pendidikan dan persekolahan Katolik kebanyakan guru-guru itu yang dapat menjalankan tugas dengan baik adalah mereka yang berada di sekitar kota, sedangkan untuk daerah pedalaman sulit dilaksanakan. Untuk itu, pemerintah hendaknya memberikan perhatian khusus bagi guru-guru yang bertugas di pedalaman supaya mereka dalam menjalan tugas dapat berjalan dengan baik.

Ia menilai mental guru-guru yang bertugas saat ini di pedalaman lemah di bandingkan dengan guru-guru pada tahun-tahun sebelumnya. Sebab guru pada jaman dulu itu berada di hutan belantara dan setiap pukul 07.00 Wit pagi mereka sudah hadir di sekolah menjalankan tugas.”Tantangan bagi kita sekarang ini bagaimana membina guru-guru itu supaya mempunyai semangat dan mau bekerja dengan baik, dan mau tinggal dengan masyarakat,” ujarnya. (cr-47)
----------------------------
Sumber:Papuapos

BACA TRUZZ...- Mental Guru Perlu Ditingkatkan

Hardiknas Sekaligus Pencanagan Pendidikan Gratis

Nuansa peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Sabtu, (2/5) kemarin tingkat Kabupaten Jayawijaya dapat dikatakan istimewa, pasalnya selain untuk mengenang jasa seorang tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara pada saat bersamaan dicanangkan pula pendidikan gratis mulai TK hingga SMA dan SMK tahun pelajaran 2009/2010.
Bupati Jayawijaya, Wempi Wetipo, S.Sos, M.Par dalam sambutannya sebagai Inspektur Upacara peringatan Hardiknas tingkat Kabupaten Jayawijaya menegaskan, sebagai bangsa yang besar maka wajib menghargai jasa-jasa para pahlawan, khususnya Ki Hajar Dewantara salah seorang tokoh pejuang pendidikan yang patut diteladani, sebagai pelopor pembaharuan di dunia pendidikan.

“Seiring kemajuan dunia teknologi di era reformasi saat ini, tugas kita selaku warga negara yang baik, wajib untuk meneruskan perjuangan Ki Hajar Dewantara sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat yang terus bergulir ke arah peradaban yang maju,” tegas Wempi.

Peringatan Hardiknas yang dilaksanakan di Stadion Pendidikan Wamena, dihadiri oleh sekitar 2.000 orang dengan tema “Pendidikan Sains, Teknologi dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa”. Tema ini sangat relevan, dengan terobosan yang dilakukan bangsa Indonesia khususnya Pemkab Jayawijaya dalam menyiapkan kualitas SDM yang cerdas dan berdaya saing.

“Untuk menghadapi persaingan seiring dengan kemajuan IPTEK dewasa ini, salah satu cara paling tepat untuk menyiapkan kualitas SDM adalah melalui pendidikan dan ini menjadi tugas dan tanggungjawab para pendidik serta tenaga kependidikan yang ada di daerah ini,” tukas Wempi.

Dengan begitu, diharapkan kedepannya anak-anak Jayawijaya dapat menguasai Sains yang memiliki peran penting dalam menguasai dunia teknologi guna membuka wawasan dan daya kreasi anak didik pada setiap jenjang pendidikan di Jayawijaya, sebagai landasan yang kokoh untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam meraih masa depan yang lebih baik.

Dijelaskan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah keaneka ragaman seni budaya bangsa yang merupakan salah satu bukti tingginya kreativitas dan daya cipta anak bangsa. Dimana, hal itu harus dipertahankan bila perlu ditingkatkan, agar tetap eksis terhadap pengaruh derasnya budaya luar yang bertolak belakang dengan budaya bangsa Indonesia.

Dalam peringatan Hardiknas tersebut, turut hadir Sekda Drs. Thomas Ameng, Asisten 1 dan 2, Petrus Mahuse, S.AP dan Gad Tabuni, Dandim 1702, Letkol Inf Grandy Mangiwa, Kapolres Jayawijaya, AKBP Drs. M.H Ritonga, Wadanyon 756 WMS Mayor Jamaludin, Ketua Pengadilan Negeri Wamena, Mangatas Simanulang, SH, Kajari Wamena Ariefsyah M. Siregar.(cr-51)
--------------------
Sumber: Papuapos
BACA TRUZZ...- Hardiknas Sekaligus Pencanagan Pendidikan Gratis

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut