Guru-guru Papua Dapatkan Sosialisasi HIV/AIDS

Selasa, September 18, 2007

Bidang pendidikan menjadi salah satu usaha dalam melakukan pencegahan penyebaran HIV/AIDS pada anak usia sekolah. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk memberikan informasi kepada murid-muridnya di sekolah. Guna meningkatkan kemampuan guru maka perlu adanya pembinaan yang baik sehingga guru mempunyai bekal yang cukup untuk menjalankan perannya tersebut.

Demikian dikatakan Kasubdin Pendidikan Menengah Kejuruan Provinsi Papua, T.R.F. Tampubolon pada acara Sosialisasi Penanggulangan HIV/AIDS dan Narkoba di Kota Jayapura (12/9). "Sosialisasi ini memberikan pembekalan bagi guru untuk mengerti tentang HIV/AIDS. Dengan demikian guru juga berperan menjadi guru di masyarakat, sekolah, dan dimana saja," ujar Tampubolon.

Papua merupakan daerah endemik HIV/AIDS dengan jumlah tertinggi per 30 Juni 2007 sebanyak 3377 kasus, terdiri dari 1870 kasus HIV dan 1507 kasus AIDS. Kabupaten Mimika merupakan kabupaten dengan kasus tertinggi sebanyak 1227 kasus, menyusul Merauke 883 kasus, Biak 301 kasus dan Nabire 291 kasus.

Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Merauke pada tahun 1992 sebanyak enam kasus yang kemudian meningkat dan menyebar keseluruh pelosok kabupaten/kota, kecamatan bahkan sampai ke kampung-kampung di perdalaman.

Basri, fasilitator sosialisasi HIV/AIDS sekaligus guru di SMKN 1 Sentani mengungkapkan kasus-kasus HIV/AIDS ditemukan hampir disemua lapisan masyarakat di Papua. "Tidak hanya pada kelompok resiko tinggi tetapi semua lapisan masyarakat di Papua seperti pegawai, siswa/mahasiswa, buruh pelabuhan, pengusaha, ibu rumah tangga, bayi, balita, dan lain sebagainya," jelas Basri.

Ada 10 keterampilan psikososial yang mendukung dalam melakukan tindakan pencegahan HIV/AIDS, antara lain kesadaran diri; empati; komunikasi yang efektif; hubungan antar personal; kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan/mengatasi stress; berpikir kreatif; berpikir kritis; pengambilan keputusan; dan pemecahan masalah.

Sementara itu, Sutikno, peserta sosialisasi dari SMP YPK Kotaraja, Jayapura yang juga guru Pendidikan Jasmani menilai positif kegiatan sosialisasi ini. Kedepannya, Sutikno merencanakan akan menyampaikan informasi yang didapatnya melalui pendekatan kepada wali murid dan murid. "Saya mengambil langkah ini untuk memudahkan saling pengertian antara wali murid dan murid sehingga mereka paham dan efektif dalam melakukan pencegahan dini," kata Sutikno.***
-------------------------------------
Sumber:http://www.depdiknas.go.id/Kamis (13 September 2007)

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut