Oleh : Intan Irawati
Banyak wali kelas X SMA yang resah ketika harus membagikan raport kepada wali murid di akhir tahun ajaran. Pasalnya sesuai kurikulum yang berlaku di seluruh Indonesia, maka siswa kelas X SMA yang naik ke kelas XI akan mengalami penjurusan. Penjurusan yang tersedia di SMA meliputi Ilmu Alam (IA), Ilmu Sosial (IS), dan Ilmu Bahasa. Sejatinya, penjurusan ini akan disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.
Tujuannya agar kelak di kemudian hari, pelajaran yang akan diberikan kepada siswa menjadi lebih terarah karena telah sesuai dengan minatnya. Para guru BK/BP sejak jauh hari biasanya telah melakukan psikotes sehingga potensi siswa secara psikologis lebih dapat lebih tergali dan penjurusan yang akan dilakukan tidak salah arah. Akan tetapi, banyak orang tua yang memaksakan anak-anaknya memasuki jurusan IA.
Padahal proses penjurusan telah diputuskan pihak sekolah melalui rapat guru. Jadi, bila nilai siswa kurang dari standar yang telah ditetapkan maka ia harus masuk jurusan IS.Setiap manusia dilahirkan unik dengan bakat dan kepribadian yang berbeda. Dalam pendidikan di sekolah, perbedaan masing-masing siswa harus diperhatikan karena dapat menentukan baik buruknya prestasi belajar siswa (Snow, 1986).
Sejalan dengan itu, Slamet Iman Santoso (1979) mengemukakan, bahwa tujuan sekolah yang mendasar adalah mengembangkan semua bakat dan kemampuan siswa, selama proses pendidikan hingga mencapai tingkat.Perbedaan individual antara siswa di sekolah di antaranya meliputi perbedaan kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, minat dan kreativitas (Snow 1986).
Lebih lanjut Snow mengemukakan bahwa oleh karena adanya perbedaan individu tersebut, maka fungsi pendidikan tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi juga meliputi bimbingan/konseling, pemilihan dan penempatan siswa sesuai dengan kapasitas individual yang dimiliki, rancangan sistem pengajaran yang sesuai dan strategi mengajar yang disesuaikan dengan karakteristik individu siswa.
Oleh karena itu, sekolah memegang peranan penting untuk dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki siswa. Kemungkinan yang akan terjadi jika siswa mengalami kesalahan dalam penjurusan adalah rendahnya prestasi belajar siswa atau dapat menyebabkan terjadinya kegamangan dalam aktualisasi diri. Tak jarang siswa tidak mengerti alasan pemilihan jurusan tersebut, hendak kemana setelah tamat sekolah dan apa cita-citanya.
Psikolog UI, Indri Savitri, mengemukakan bahwa penjurusan siswa di sekolah menengah tidak saja ditentukan oleh kemampuan akademik tetapi juga harus didukung oleh faktor minat, karena karakteristik suatu ilmu menuntut karakteristik yang sama dari yang mempelajarinya. Dengan demikian, siswa yang mempelajari suatu ilmu yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya (minat terhadap suatu ilmu tertentu) akan merasa senang ketika mempelajari ilmu tersebut (Gupta et.al. 2006). Penelitian lain menunjukkan, bahwa faktor kepribadian mempengaruhi secara positif prestasi akademik (Furnham et. al, 2006).
Dengan demikian penjurusan bukan masalah kecerdasan tetapi masalah minat dan bakat siswa. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Seorang siswa yang berminat pada matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lain. Karena pemusatan perhatian intensif terhadap materi, siswa akan belajar lebih giat dan mencapai prestasi yang diinginkan. Pada diri siswa terdapat minat khusus yang berbeda satu dengan lainnya.
Perbedaan siswa dalam minat akan menentukan pilihan karir di masa yang akan datang. Penjurusan siswa di sekolah menengah atas menjadi titik awal yang menentukan profesi di masa depan. Penjurusan di SMA dilakukan dengan mempertimbangkan orientasi siswa yaitu:
a. Melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi ke program studi Ilmu Alam, Ilmu Sosial, atau Bahasa sesuai dengan minat setelah lulus dari SMA .
b. Bekerja di masyarakat; penjurusan merupakan salah satu proses penempatan atau penyaluran dalam pemilihan program pengajaran para siswa SMA. Dalam penjurusan ini, siswa diberi kesempatan memilih jurusan yang paling cocok dengan karakteristik dirinya. Ketepatan memilih jurusan dapat menentukan keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya, kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang karena kekurangtepatan menentukan jurusan.
Tujuan penjurusan antara lain, mengelompokkan siswa sesuai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama. Membantu mempersiapkan siswa melanjutkan studi dan memilih dunia kerja. Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang (kelanjutan studi dan dunia kerja). Siswa yang naik kelas XI dan akan mengambil program studi tertentu (IA, IS dan Bahasa) boleh memiliki nilai tidak tuntas paling banyak tiga pelajaran. Ada mata pelajaran yang bukan merupakan ciri khas program studi tersebut. Mata pelajaran IA lebih menitikberatkan pada penguasaan konsep-konsep IA untuk kepentingan siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi yang lain adalah memberikan makna pembekalan agar siswa tersebut dapat survive di percaturan kompetisi perkembangan sains dan teknologi bagi kepentingan kesejahteraan masyarakatnya. Dengan demikian penilaian akademik lebih terfokus pada penguasaan konsep-konsep IA dan keterampilannya dalam melakukan observasi, memahami atau menemukan konsep-konsep IA.
Untuk mata pelajaran IS menitikberatkan pengembangan keterampilan ilmu sosial. Penilaian akademik menitiberatkan pada keterampilan sosial seperti membuat peta, maket rumah, interaksi sosial, dan adaptif terhadap lingkungan sosial. Mata pelajaran Bahasa menitikberatkan pengembangan keterampilan bahasa seperti membuat surat, menyusun karya tulis, mengerjakan instruksi lisan, dialog dan berpidato.
Dalam prakteknya penjurusan seringkali ditentukan oleh guru dengan pertimbangan prestasi akademik saja dan mengabaikan faktor minat dan bakat siswa. Siswa yang memiliki nilai tinggi pada nilai raport otomatis akan dijuruskan pada IA dan sebaliknya bagi siswa yang berprestasi rendah akan dijuruskan ke IS.
Padahal nilai yang tinggi di suatu pelajaran tidaklah menunjukkan minat, demikian pula sebaliknya. Dan yang perlu digarisbawahi adalah siswa yang dijuruskan ke IA atau IS mereka sama-sama unik, spesial dan berpotensi. Bila guru atau masyarakat menganggap siswa yang berada di jurusan IS adalah siswa yang tidak berpotensi, maka hal itu adalah salah besar. IA dan IS sama-sama membutuhkan keahlian tersendiri dan sama-sama memerlukan minat dan kecerdasan.
Maka orang tua dan guru seyogyanya bersikap arif dalam penjurusan ini. Ajaklah anak-anak kita mengenali minat dan potensi mereka sendiri sekaligus arahkanlah sesuai hal tersebut. Bila sang anak berminat memasuki jurusan IS, maka guru dan orang tua patut mendorong dan mendukungnya demikian pula sebaliknya. Bagi para guru BK/BP di pundak andalah tanggung jawab untuk membimbing para siswa mengenali potensi dirinya masing-masing.
Daftar Pustaka-
Departemen Pendidikan Nasional. (2004) Panduan Penilaian Penjurusan Kenaikan Kelas dan Pindah Sekolah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum - Furnham, Adrian. et.al The Relationship Between Psychometric & Self Estimated, Intellegence, Creativity, Personality & Academic Achievement. Imagination, Cognition, & Personality. Vol 25. (2), 2005-2006. - Santoso, Slamet I. (1979) Pembinaan Watak, Penerbit Universitas Indonesia. - Snow, Richard E, Individual Differences and the Design of Educational Programs in Journal of Psychology, 1986
------------------------------------------
Sumber: kabarindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar