Oleh : Adi Supriadi
Bandung, Ibarat sebuah pohon, pendidikan memiliki akar berupa paradigma, batang berupa pengelolaan SDM pengajar dan ranting berupa output dari pendidikan itu sendiri. Rendahnya output pendidikan saat ini merupakan akibat dari kesalahan paradigma dan pengelolaan pendidikan. Demikian rangkuman hasil diskusi antara calon walikota Bandung, Dr. H. Taufikurahman dengan para praktisi dan pakar pendidikan Kota Bandung di TRENDI Center, Rabu (2/7) malam.
"Guru dan pamong praja pendidikan perlu untuk mendapatkan pembinaan sehingga mempunyai nurani dan mengajar dengan nurani." Demikian diungkapkan Letty Nurlatifah, dari PAUD Taman Bermain Bunda. Masih maraknya pungutan ke guru oleh dinas pendidikan maupun dari sekolah ke siswa tanpa pertanggung-jawaban yang jelas merupakan pertanda kurangnya moral di kalangan para pendidik.
"Pemerintah Kota mendatang perlu mendorong pengelolaan keuangan di sektor pendidikan yang akuntabel dan transparan," ungkap Eko Purwono, pengamat pendidikan sekaligus salah seorang peserta diskusi.Pendidikan Perlu DdibenahiMenanggapi harapan tersebut, Pak Taufik menekankan pentingnya pemberian insentif berdasarkan prestasi (merit) kepada guru serta PNS bidang pendidikan.
Dengan demikian, insentif benar-benar digunakan sebagai sarana pengembangan diri. "Insentif berbasis prestasi merupakan solusi jitu agar guru terpacu untuk mengembangkan diri, di Jakarta adanya insentif tetap justru membuat guru menjadi konsumtif," ujar Tendi Naini, penggiat open mind society.
Selain itu Taufikurahman juga mempertimbangkan penerapan insentif tersebut tidak hanya untuk guru PNS, namun juga guru honorer dan madrasah. Taufikurahman juga berencana untuk mengevaluasi sistem cluster dalam PSB yang ada saat ini. Sistem tersebut dianggap tidak mendorong adanya pemerataan kualitas pendidikan. Selain itu, sekolah yang berada pada cluster lebih rendah seharusnya juga mendapatkan subsidi terbanyak agar bisa memperbaiki kualitas pendidikannya. Namun dalam praktiknya, sekolah dengan cluster yang baik justru mendapatkan subsidi terbesar.
"Sekolah yang kurang dalam hal fasilitas harusnya mendapatkan subsidi terbesar supaya bisa meningkatkan kualitasnya," ungkap dosen sekaligus ketua Asosiasi Akademisi Perguruan Tinggi Indonesia (ASASI) ini.
-------------------------------------
Sumber:kabarindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar