TIMIKA – Upaya Pemerintah Daerah (Pemda) Mimika untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat kampung belum berjalan maksimal. Pasalnya dari 41 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) yang tersebar di seluruh wilayah distrik hanya 18 Pustu yang beroperasi, sedangkan 23 diantaranya tidak aktif.
Kepala Sub Dinas (Kasubdin) pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes &KB) Mimika, dr. Helena Burdam mengatakan, 18 Pustu yang masih aktif yakni, Pustu Nawaripi, Pustu Komoro Jaya, Pustu Wonosari Jaya (masuk wilayah kerja Puskesmas Timika). Pustu Karang Senang, Pustu Utikini, Pustu Bintuka (masuk wilayah dan ketenagaan Puskesmas Timika Jaya).
Selanjutnya, Pustu yang masih aktif dan tergabung dengan wilayah dan ketenagaan Puskesmas Limau Asri yakni, Pustu Wangirja, Pustu Naina Muktipura dan Pustu Mulia Kencana.
Kemudian, Pustu Tsinga, Arwanop (Kwamki), Manasari, Ohotya (Ayuka), Tiwaka (Atuka), Mupuruka ( Wakia) serta Pustu Amungmun dan Aramsolki yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Agimuga dan Pustu Noema yang tergabung dalam wilayah Jita.
Meski demikian, dari 18 Pustu yang aktif ada beberapa yang kondisi fisik bangunannya sudah dalam kategori rusak ringan dan berat. Dikatakan, faktor yang menyebabkan Pustu tidak aktif selain dikarenakan kondisi fisik bangunan yang memprihatinkan, juga karena ditinggalkan petugas medis. Sementara itu tenaga untuk mengisi kekosongan juga masih sangat kurang.
"Transportasi dan infrastruktur menjadi kendala terutama bagi mereka yang bertugas di wilayah pedalaman,"kata Helena sambari menjelaskan, untuk perbaikan Pustu yang rusak baru masuk tahap perencanaan untuk diusulkan. Helana berharap kepada pegawai yang ditempatkan sesuai SK dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab. (lrk)
Puskesmas Potowayburu Kesulitan Tangani Persalinan
TIMIKA - Puskesmas Potowayburu, Distrik Mimika Barat Jauh belakangan ini mengalami kesulitan menangani persalinan, khususnya di tiga wilayah kampung yakni, Kampung Aindua, Tapormai dan Arauru.
Kondisi itu dikarenakan kapasitas long boad yang selama ini dimanfaatkan untuk pelayanan medis ke tiga kampung itu tidak sebanding dengan kondisi laut.
Hal itu disampaikan Kepala Puskesmas Potowayburu, Yandi Hidayat kepada Radar Timika di Kantor DPRD Mimika, beberapa hari lalu. Menurutnya, pihaknya tetap mempertimbangkan faktor keselamatan petugas saat melaksanakan tugas.
"Kapasitas long boad hanya mampu angkut enam orang belum ditambah lagi dengan bahan makanan dan obat-obatan sehingga kita tidak berani mengambil resiko,"ujar Yandi sambari menuturkan, dalam sekali perjalanan pulang pergi (PP) menghabiskan 800 liter bensin.
Kendala tersebut kata Yandi, sudah pernah disampaikan kepada Bupati Allo Rafra saat melakukan kunjungan kerja ke Potowayburu, Mei lalu. Bupati meminta agar pihak Puskesmas menyurati kendala tersebut ke Dinkes & KB agar bisa segera disikapi.
Dikatakan, saat ini pelayanan kesehatan hanya bisa diberikan kepada masyarakat seputaran Potowayburu dan Yapakopa karena masih bisa dijangkau dengan jalan kaki.
Sedangkan pelayanan di Puskesmas Induk masih berjalan dengan baik, yang didukung dengan dua tenaga dokter dan sembilan perawat. Jenis penyakit yang masih menonjol di Potowayburu adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Malaria Klinis dan Rematik. Sedangkan persediaan obat-obatan masih cukup untuk kebutuhan tiga bulan kedepan.
Untuk menekan penderita Malaria pihaknya telah membagikan 300 kelambu di tiga kampung yakni, Ararau, Tapormai dan Potowayburu. "Pemeriksaan malaria menggunakan Rapit Diagnosis Test (RDT) untuk melihat perkembangan Malaria pada pasien"jelasnya. (ino)
----------------------------------------
Sumber: radartimika.com
0 komentar:
Posting Komentar