LPP Gelar Seminar dan Pelatihan PAUD di Nabire, Papua

Rabu, Februari 16, 2011



 “Investasi pada Pengembangan Anak Usia Dini adalah
Investasi Sumberdaya Manusia dan Ekonomi

Nabire-- Lembaga Pendidikan Papua (LPP) menggelar seminar (pada Sabtu, 29 Januari 2011) dan pelatihan (pada Selasa, 1 sampai Kamis, 3 Februari 2011) bertema “Investasi pada Pengembangan Anak Usia Dini adalah Investasi Sumberdaya Manusia dan Ekonomi” bertempat Balai Aweida, Kelurahan Karang Tumaritis, Nabire Papua.
           
Seminar dan Pelatihan tersebut dilakukan atas kerja sama LPP dengan PTK-PNF, Kemendiknas serta didu-kung oleh Tim Penggerak-PKK Kabupaten Nabire.  
           
Menurut penang-gung jawab kegiatan, Yermias Degei, S.Pd., seminar dan pelatihan itu dilakukan dalam rangka menggerakan keikutser-taan masyaralat umum  dalam rangka  Pemba-ngunan Sentra Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) integratif berbasis lokal Papua di Kelurahan Karang Tumaritis dan Bumi Wono-rejo kabupaten Nabire yang sudah dimulai LPP sejak tahun 2010.
           
“Kami melakukan dua kegiatan bersamaan. Pada kegiatan pertama, yakni seminar, kami mengundang seluruh RT/RW di kelurahan Karang Tumaritis dan  Kelurahan Bumi Wonorejo tempat di mana dikembangkannya sentra taman bermain PAUD. Selain itu, kami mengundang tokoh agama (ketua kring), tokoh pemuda, tokoh perempuan di dua kelurahan tersebut. Kami juga mengundang Kepala Sub Bidang Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Dinas Pendidikan Kabupaten Nabire; pihak Dinas Kesehatan yang menangani soal gizi, Tim Penggerak PKK Kabupaten Nabire, Ketua Dewan Pendidikan, dan lain,” katanya.
           
Dia mengatakan, pelatihan dilakukan khusus untuk para tutor dari Taman Bermain Aweida di Balai Aweida Kelurahan Karang Tumaritis, Taman Bermain St. Agustinus Kelurahan Bumi Wonorejo Kabupaten Nabire, tutor dari Taman Bermain Doutou Kampung Putapa, Kabupaten Dogiyai dan dari beberapa tempat lainnya.
           
“Tiga lembaga PAUD (Taman Bermain PAUD Aweida di Kelurahan Karang Tumaritis dan Taman Bermain PAUD St. Agustinus Kelurahan Bumi Wonorejo Kabupaten Nabire serta Taman PAUD Doutou Kampung Putapa,Kabupaten Dogiyai) ini digagas oleh LPP belum lama ini dan sedang dikembangkan secara integratif dan lokalitas Papua,”katanya.
           
Menurut Ketua LPP, Longginus Pekey, S.Pd., kami jalankan tiga sentra PAUD itu apa adanya tanpa modal apapun. “Saya berpikir, perubahan tidak akan menunggu orang Papua. Orang Papua harus memulai membangun sendiri dari ketidaberadaan. Kami harus memulai dengan PAUD dan mencoba buat seminar untuk menggerakan orang akan pentingnya PAUD. Kami sedang lakukan ini karena kami mengerti bahwa investasi pada pengembangan anak usia dini adalah investasi sumberdaya manusia dan ekonomi,” kata Pekey.
     
Dalam materinya, Longginus Manangsang, S.Ip memaparkan potret sosial di Papua. Dia mengatakan, perubahan sosial ini menggiring orang Papua pada suatu keadaan yang tidak menentu. Jadi, katanya, salah satu cara adalah melalui perbaikan pendidikan dasar, terutama membangun gerakan PAUD.
           
Kata Manangsang, dirnya dan teman-temannya prihatin melihat fenomena baru, yakni banyak anak usia PAUD dan sekolah dasar  menjadi tukang pemungut kaleng di jalanan dan terlibat dalam minuman keras serta menghirup lem aibon.
           
“Jika dari kecil tidak dibangun budaya belajar maka dia akan terpengaruh cepat. Sebe-narnya mata rantai ini harus segera diputuskan dengan pendidikan. Tentunya dengan pendidikan dasar. Kesadaran orang tua juga mestu terus kita bangun. Kami harap pemerintah dan gereja akan bicara dan perhatikan secara serius hal-hal ini,” katanya.
           
Ketika ditanya arti PAUD, kepada wartawan, Yermias Degei mengatakan, PAUD  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
           
Kata Degei, kualitas sumber daya manusia Papua belum berkembang secara optimal karena belum banyak stimulasi (rangsangan) yang diberikan secara sengaja sejak usia dini (lebih banyak berkembang alami dan rendah). Dengan demikian, perlu diberikan input (rangsangan melalui pendidikan anak usia dini) agar sumber daya manusia Papua berkembang secara otimal. “Kita harus akui bahwa belum diberi rangsangan saja banyak orang Papua yang pintar. Jika diberi rangsangan dengan gizi baik, pasti akan berkembang optimal”.
           
Ada beberapa hal yang mengakibatkan PAUD di Papua tidak berjalan, yakni (1) pemahaman masyarakat terhadap arti pentingnya PAUD rendah; (2) masih terbatasnya dukungan pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam upaya peningkatan akses dan layanan PAUD; (3) masih terbatasnya jumlah lembaga layanan PAUD (khususnya PAUD Nonformal); (4) masih terbatasnya jumlah pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan; dan (5) kurangnya lembaga pendidikan dan lembaga agama yang berminat menyelenggarakan pendidikan anak usia dini.
           
“Perlu dicatat bahwa berbagai penelitian telah membuktikan ‘anak usia dini’ adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Termasuk juga pengembangan intelegensi hampir seluruhnya terjadi pada usia di bawah empat tahun. Selain itu,  hasil penelitian di bidang Neurologi menemukan bahwa perkembangan intelektual sampai dengan 4 tahun = 50 %, sampai dengan 8 tahun = 80 %, dan sampai dengan 18 tahun = 100%. Sementara pertumbuhan fisik otak pada 0 tahun =25 %, 6 tahun =90%, dan 12 tahun = 100 %,” kata Yermias.
           
Lebih lanjut Yermias Degei menjelaskan, ada tiga hal penting megapa pembangunan PAUD di tanah Papua harus menjadi sebuah gerakan bersama. Pertama, Pemenuhan kebutuhan dasar anak--kesehatan, gizi, pengembangan emosi dan intelektual--menentukan pengembangan penduduk dewasa yang berkemampuan dan produktif . Kedua, pengasuhan anak-anak pada tahun-tahun awal dapat membantu anak-anak dari keluarga tidak mampu keluar dari lingkaran setan kemiskinan. Ketiga, bagi sebuah bangsa kehidupan anak pada tahun-tahun pertama memiliki berbagai dampak. Artinya, anak yang diasuh dengan benar akan berprestasi di sekolah, dan lebih mampu mengembangkan keterampilan yang mereka perlukan untuk berkompetisi dalam ekonomi global.
           
Secara umum, Degei mengatakan, berdasarkan hasil studi "kemampuan membaca" siswa tingkat SD yang dilaksanakan oleh International Educational Achievement (IEA) diketahui bahwa siswa SD di Indonesia berada di urutan ke 38 dari 39 negara.  Hasil penelitian lain menunjukkan, kemampuan siswa Indonesia di bidang IPA berada di urutan ke 32 dari 38 negara yang diteliti dan di bidang matematika berada di urutan ke 34 dari 38 negara yang diteliti. Menurut laporan UNDP tentang Human Development Index (HDI) Indonesia menempati peringkat 102 dari 174 negara yang diteliti, jauh di bawah negara ASEAN lainya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darusallam, yang berada di peringkat 40-an.
           
“Secara nasional, Papua menduduki urutan terendah kualitas hasil pendidikan. Rendahnya kualitas hasil pendidikan di Papua antara lain dipengaruhi belum banyak stimulasi (rangsangan) yang diberikan secara sengaja sejak usia dini (lebih banyak berkembang alami dan rendah). Dengan demikian, perlu diberikan input (rangsangan melalui pendidikan anak usia dini) agar sumber daya manusia Papua berkembang secara optimal,” Yermias.
           
Katanya, memang, banyak prestasi terus digapai anak-anak Papua, namun lebih banyak atas usaha keras anak-anak Papua. Prestasi gemilang itu belum terasa secara merata. Tentu saja kita akui bahwa hingga saat ini belum ada rangsangan yang sungguh-sungguh. Bagaimana tidak perestasi pasti akan gemilang secara merata bila PAUD telah menjadi komitmen pemerintah daerah  dan menjadi gerakan bersama rakyat Papua.
           
Dia mengharapkan, pemerintah daerah mendukung dan membangun PAUD secara integratif  dan sinergi karena PAUD telah menjadi  komitmen Nasional. Kemudian, masyarakat harus mendukung PAUD, membangun, dan mengantar anaknya ke sentra PAUD yang ada. Lalu, gereja harus memberikan ruang atau peluang yang terbuka di gereja-gereja  atau kring untuk terlaksananya PAUD serta melaksanakan sosialisasi  tentang pentingnya PAUD di gereja.
           
Pembangunan PAUD di Papua harus menjadi sebuah gerakan bersama seluruh komponen karena membangun PAUD berarti secara otomatis akan meningkatkan indek pembangunan manusia, mengurangi angka putus sekolah, menyiapkan anak untuk sekolah, mengurangi angka mengulang, mempercepat pencapaian wajib belajar, meningkatkan mutu pendidikan, mengurangi angka buta huruf muda, serta mengurangi derajat kesehatan dan gizi anak balita. Intinya, “Investasi pada Pengembangan Anak Usia Dini adalah Investasi Sumberdaya Manusia dan Ekonomi” *** [yid]

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut