Seminar FKPMKP Yogya: Budaya Papua di Ambang Kehancuran

Minggu, November 28, 2010

YOGYAKARTA— Seminar sehari yang diadakan oleh Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua [FKPMKP] bertempat di Hotel Al-Barokah Timoho Yogyakarta berjalan dengan aman, Sabtu, (27/11) .

“Kehidupan Masyarakat Papua Masa Lalu, Sekarang, dan Akan Datang” yang menjadi topik dalam seminar ini, menjadikan sekitar 50-an peserta yang hadir seakan-akan merasakan bagaimana kehidupan Manusia Papua pada beberapa waktu yang silam. 

Dalam seminar yang berlangsung dari pukul 09.00-14.00 WIB tersebut mengadirkan 3 orang pembicara diantanya: Pater Bernadus Wos Baru, OSA (Provinsial Osa Keuskupan Manokwari -Sorong) mengkaji dari sisi Agama, Hans Hansen Manibury (Sesepuh Mahasiswa Papua di Yogyakarta) mengkaji dari sisi Budaya, dan Demianus Katayu, M,Sc, (Senioritas FKPMKP) mengkaji dari sisi Sejarah.

Dalam kata sambutannya, Ketua FKPMKP Agustinus Dogomo, mengatakan dengan masuknya budaya luar Budaya Papua yang seharusnya dipertahankan eksistensinya malah semakin hari semakin terkikis. Hingga kita sebagai Manusia Papua lupa dan semakin hilang budaya yang seharusnya diperhankan. Hal inilah yang menjadi alasan untuk memilih topik ini, karena saat ini kita hidup dan kitalah yang menjadi penyelamat atau penghancur akan budaya kita [budaya Papua] ke depan lanjutnya.

Papua adalah manusia yang mempunyai ciri fisik yang berbeda dengan manusia lain yang mendiami pulau-pulau lain di Negara Indonesia ini dan berdiam di sebuah pulau yang disebut Papua serta termasuk dalam himpunan ras Malanesia, Kata Hans Manibury membuka materinya yang mengkaji dari sisi Budaya. Pada zaman abad ke 15 orang Papua belum berkontak dengan orang luar sehingga, pada abad itu orang Papua hidup dalam keadaan sederhana (tradisional). Kebudayaan masi asli, belum terjadi asimilasi,dan akulturasi dengan budaya luar.

Hingga pada abad ke 16 terjadi kontak pertama dengn orang luar yaitu masuknya bangsa Portugis dan Spanyol. Para ekspedisi Portugis baru menginjakkan kakinya di Papua pada 1526-1526. para ekspedisi Portugis yang singgah di Ternate kemudian mengunjungi ke pulau Waigeo, dibawah pimpinan Jorge de Menezes, dan mereka juga menguasai pulau-pulau sekitarnya diantaranya Warsai,Vagelkop dan pulau-pulau lainnya, dan mereka menyebutnya “Ilas Dos Papuas”.

Berciri fisik rambut kriting dan berkulit hitam, itulah ras melanesia, Manusia Papua yang mendiami Pulau Papua yang kaya akan kekayaan alam ini, Katanya mengakhiri materinya.

Orang Papua dengan kedatangan para ekspedisi yang di utus oleh Pemerintah Belanda pada 1926. pada tahun ini Pemerintah Belanda berpusat di Maluku mengirim Pieter Marcus, mengadakan ekspedisi di Papua agar mengklaim bahwa bagian Selatan New Guinea Papua adalah bagian dari Hindia Belanda. Dan secara resmi pada tahun 1828 Pemerintah Belanda mengumumkan bahwa wilayah selatan wilayah New Guinea atau Papua adalah wilayah bagian dari Hindia Belanda. Sehingga pada tahun itu pula Belanda menguasai Papua seluruhnya kata Demianus Katanyu.

Dari sisi Agama, Masuknya misionaris Protestan dan misi Katolik. Kedua orang misionari berkembang di Jerman yaitu C.w. Ottow dan J.G. Gessler, yang pertama kali menginjak kakinya di Mansinam Manokwari pada tanggal 5 Februari 1855 kata Bernardus. Kemudian pada tahun 1862 menyusul tiga misionaris dari Belanda asal kota Utrecht tiba di teluk Doreri. Pertama menginjak kaki di Papua adalah seorang misionaris katolik bernama Pastor Lecoq Darmanville S,J tiba di Sekru Fak-fak kira-kira tahun 1552.

Selanjutnya, didirikannya aministrasi pemerintah Belanda di Fak-Fak pada 1898 dan 1908 Pemerintah Belanda menbuka posnya di Merauke. Pada saat yang sama juga tibanya para misionalis Katolik di Merauke pada 1905.

Terakhir adalah kedatangan orang Indonesia pada saat Papua diintegrasikan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963 lanjut Demianus.

Kita bisa melihat bahwa dalam masuknya budaya luar terjadi lima gelombang, kelimanya menanamkan budaya yang berbeda-beda sesuai dengan budaya mereka di Papua. Namun, menurut pembicaraannya Budaya Papua masuk dalam ambang kehancuran ketika Bangsa Indonesia masuk ke Papua.

“Budaya terkikis, Budaya terancam, Budaya terrerobek dari berbagai fase-fase di atas”,maka orang Papua Berkulit Hitam Berrambut Keriting bisa memikirkan dengan baik dalam rangka “mengenal diri” siapa diri saya?. (Yerino Madai)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

cukup menarik....

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut