Camkan: Miras bukan Budaya Papua

Minggu, Juli 18, 2010

Oleh Amoye Yogi*)


Kedua telinga saya sering sekali terasa panas dan sakit ketika mendengar orang dari luar papua mengatakan miras (minum minuman keras) adalah budaya orang papua. Saya sendiri kadang bingung untuk menjelaskan kepada mereka kalau miras sebenarnya bukan budaya kami karena kenyataan yang ada dilingkungan membuktikan seperti itu.

Tetapi, sekarang yang menjadi pertanyaan atas pernyataan mereka (non papua) untuk kita orang papua adalah apakah mereka mengerti akan makna atau definisi dari kata budaya itu sendiri atau tidak..?.

Mungkin mereka mengartikan bahwa budaya adalah suatu kebiasaan sehari-hari. Memang benar budaya dan kebiasaan itu artinya sama tetapi kalau kita menganalisa kembali kedua kata tersebut , masing-masing kata mempunyai arti yang berbedah kalau kita lihat dari letak konteksnya.

Mengapa demikian? Karena budaya adalah kebiasaan asli (bukan dari luar) yang dilakukan oleh sekelompok atau beberapa orang secara turun-temurun disuatu wilayah (tidak berubah). Sedangkan makna dari kebiasaan itu adalah suatu sikap atau cara yang datangnya dari luar (bukan dari daerah setempat) dan akan dilakukan oleh sekelompok orang secara rutin apabilah hal itu menurut mereka enak ( selalu berubah), alias kecandungan susah untuk dilepaskan.

Oleh sebab itu, coba kalian berpikir kembali apakah minuman keras itu di produksi oleh orang papua ataukah miras itu memang sudah ada sejak dulu dan dilakukan secara rutin oleh para leluhur dan nenek moyang orang papua sehingga kalian dengan lantang tanpa berpikir panjang mengatakan bahwa miras adalah budaya orang papua.

Jujur secara pribadi saya sebagai orang papua sangat-sangat kecewa , kesal, jengkel, dan banci dengan apa yang kalian katakan seperti itu kepada kami.

Karena yang saya tahu berdasarkan berbagai info melalui media tentang miras menyangkut sudah atau yang sedang berkembang pesat hingga kini di papua yaitu kira-kira pada tahun 90-an. Dan puncaknya adalah pada tahun 2001 dengan adanya otonomi khusus (otsus).

Dengan adanya uang trilun, seakan-akan semua nya menjadi gampang untuk dijangkau. Minuman keras yang dulunya tidak ada dan susah untuk dijangkau tetapi sekarang sudah terbalik 90 derajat, dengan sendirinya miras menjadi langganan orang papua. Dan pada kenyataannya sekarang bukan manusia yang mencari miuman tetapi minumanlah yang balik mencari manusia (khususnya di papua) Memang apa yang mereka rencanakan sepertinya mulai terjawab karena pada saat otsus ada di tanah papua, semua masyarakat papua lupa dengan daratan.

Maka dengan itu, sekali lagi saya dengan tegas mau memberitahukan kepada semua bahwa miras bukan budaya papua. Tetapi miras adalah kebiasaan buruk yang dibuat atau dibawah sengaja oleh bangsa Indonesia ke tanah papua dengan maksud untuk membunuh, membinasakan, bahkan menghilangkan ras melanesia.

Bangsa indonesia tahu bahwa miras adalah alat yang sangat efektif dan ampuh. Karena ,dengan mengonsumsi miras banyak dampak-dampak negative yang akan melanda orang papua, misalnya seperti: masa depan suram, kesehatan selalu terganggu, tidak bisah berpikir yang logis, rumah tangga berantakan, mengubah kaum laki-laki menjadi berandalan, menjadikan kaum wanita yang terlantar dan mengubah anak-anak papua yang penuh semangat menjadi manusia yang tidak memiliki harapan serta masih banyak dampak-dampak yang saya tidak bish uraikan satu per satu.

Kalau dilihat dari kenyataan yang ada, memang tidak salah kalau kalian bisah berpikir seperti itu, karena mahasiswa papua pada umumnya selalu melakukan keonaran dimana-mana melalui miras.

Yang menjadi pertanyaan sekarang , siapa yang menjadi biang kedali dibalik semua keonaran yang dilakukan oleh mahasiswa papua dimana-mana? Sampai-sampai kalian berani mengatakan yang tidak-tidak kepada kami padahal kalian sendiri yang menginginkan kami melakukan hal itu.

Tidak tahukah kalian bahwa yang memproduksi, mengkampanyekan, menyebarluaskan serta mengajarkan bagaimana cara mengonsumsi miras adalah kalian bangsa Indonesia.[Sumber: http://tangisantanah.blogspot.com]

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut