Mama Yosepha Alomang: Hargai Perempuan dan Tanah Papua

Minggu, Mei 02, 2010

Selangkah--Saya Mama Yosepha Alomang meminta kepada laki-laki Papua, khususnya para pejabat tolong hargai perempuan Papua dan tanah Papua. Pemimpin Papua, khususnya para pejabat pemerintah yang kami (perempuan) lahirkan itu tidak menghargai perempuan dan tanah Papua. Mereka telah jual perempuan Papua dan tanah Papua. Martabat perempuan Papua dan tanah sebagai harga diri kita telah dijual habis kepada orang lain.

Demikian dikatakan Direktris Yayasan Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan (YAHAMAK) Mama Yosepha Alomang ketika diwawancarai Majalah Selangkah di sela-sela Kongres I Selamatkan Manusia dan Hutan Papua yang diselenggarakan Forum Kerjasama Lembaga Swadaya Masyarakat (FOKER LSM) Papua, di Yotefa View Hotel, Dok V Jayapura (SMK Negeri Dok V Jayapura), Jumat (20/11).

Lebih lanjut mama yang Tsinga, Papua, pada tahun 1940-an yang permah meraih “Goldman Environmental Prize’ (Anugerah Lingkungan Goldman) pada tahun 2001 itu mengatakan, bapak-bapak Papua tidak menghargai perempuan dan tanah Papua. Akibat dari itu, orang luar menganggap kita tidak punya identitas. Katanya, salah satu contohnya adalah banyak laki-laki Papua menikah dengan orang Indonesia. Anak mereka, mama Indonesia dan bapak Papua. Tindakan ini adalah sebuah tindakan yang menjatuhkan martabat orang Papua. Ini adalah penggianatan atas dirinya sebagai orang Papua termasuk kepada perempuan Papua yang melahirkan mereka.

“Bapak-bapak Papua yang hebat itu ada karena mama-mama Papua. Tetapi katanya, setelah menjadi besar mereka justru menciptakan kesempatan untuk menginjak-injak martabat mama-mama Papua yang melahirkan mereka,” kata mama Papua yang pernah mendapatkan Yap Thiam Hien Award (sebuah penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia kepada orang-orang yang berjasa besar dalam upaya penegakan hak asasi manusia di Indonesia pada tahun 1999) itu.

Menurut mama yang sering dicurigai sebagai kaki tangan Organisasi Papua Merdeka (OPM), tindakan itu membunuh mereka sendiri, karena kalau laki-laki mau bicara, mau bicara apa dan atas dasar apa.

“Nilai-nilai saya Amugme itu, Tom (Tom Beanal:red) dia jual habis. Kenapa kami perempuan yang harus duka. Anak-anak kami masa depan yang hancur tetapi bapak tidak nilai. Gunung kami dia kikis habis. Tanah Amungme itu saya punya tubuh, gunung Nemangkawi ini jangtungku, danau Wonangon ini saya punya sum-sum dan kali itu saya punya nafas,” kata pembela HAM sekaligus pembela hak-hak perempuan di dalam struktur masyarakat adatnya.

Biaya Pendidikan dari Darah Mama Tidak Akan Kuat

“Sekarang ini baru saya lihat, anak-anak yang dibiayai dari darah mama tanah Amungme tidak akan kuat. Beasiswa itu tidak akan berarti karena itu darah mama yang bayar. Anak-anak biar menjadi doktor pikirannya kacau. Tidak akan ada pikiran yang baik. Tapi, kalau sekolah dari pengorbanan sendiri itu baik. Itu adat,” kata Mama Yosepha.

Mama yang bersama seorang perempuan Papua lainnya, Mama Yuliana, pernah dimasukkan ke sebuah tempat penampungan kotoran manusia selama seminggu dengan kotoran manusia setinggi lututnya karena dicurigai membantu OPM (Kelly Kwalik) itu menekankan, pergi sekolah minta Freeport berarti tidak akan sukses. Hal-hal ini akan membuat orang Papua tidak akan ada yang besar. “Semua pikiran kerdil dan orang lain akan permainkan terus. Jadi, anak-anak Papua harus sekolah dari bukan uang darah. Jangan sekolah dari uang tanah. Tanah itu mama kalian,” katanya.

“Saya minta kepada anak-anak Papua. Saya minta kepada bapak-bapak Papua. Saya minta kepada semua orang Papua. Saya minta ambil sikap yang baik untuk ubah. Hari ini waktu untuk kita,” katanya tegas. [Yermias Degei]
-----------------------
Sumber: Majalah Selangkah Edisi Januri-Maret 2010


0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut