Dari Pertemuan LPP: Kita Semakin Menjadi Manusia dengan Memanusiakan Orang Lain

Senin, Desember 07, 2009

Nabire, Selangkah—Komunitas Pendidikan Papua (KPP) berawal dari kegelisahan beberapa mahasiswa asal Papua di Yogyakarta atas masalah pendidikan di tanah Papua. Kemudian, direncakan untuk membuat sebuah buletin kecil bernama Selangkah sebagai tempat curhat kegelisahan itu di Asrama Realino Yogyakarta (asrama milik Jesuit). Buletin itu terbit hanya delapan halaman hitam-putih dan digandakan kurang dari 50 buah dengan cara foto kopi. Isinya adalah pengalaman kuliah dan kegelisahan kami. Jadi, majalah Selangkah lahir lebih dahulu baru kemudian KPP sebagai wadah.

Demikian dikatakan ketua KPP (sekarang LPP:red) pada kata sambutannya dalam kegiatan “Evaluasi, Penguatan, dan Perumusan Program Kerja Lembaga Pendidikan Non-Formal dan Pergantian nama dan status Komunitas Pendidikan Papua menjadi Lembaga Pendidikan Papua, Education of Papuans Spirit (LPP-edPapaS) di ruang pertemuan Yayasan Bina Mandiri Utama (Yabimu) Nabire, Sabtu (28/11).


Dia mengatakan, kami mengamati bahwa sampai saat ini banyak orang Papua kurang mendapatkan perhatian dan kurang beruntung untuk mendapatkan pendidikan, keterampilan yang memadai, dan kebebesan ekspresi dan pengembangan budaya secara alami sehingga harga diri dan sumber daya manusia orang Papua asli di tanah Papua kurang terkembangkan. Akibatnya kualitas hidup orang Papua dari sisi ekonomi dan kesehatan lebih banyak masih terpuruk. Maka, arah kita ke depan adalah secara serius mengkaji tentang pendidikan dan kebudayaan di tanah Papua.

Dalam pertemuan itu, selain evaluasi program yang telah dilakukan termasuk penerbitan majalah Selangkah juga dibicarakan berbagai program kerja jangka panjang dan jangka pendek. Juga membicarakan dan mempertajam visi dan misi lembaga itu. Beberapa program jangka pendek insidental yang akan dilakukan tahun 2010 atas kerja sama berbagai pihak misalnya adalah kampanye-kampanye budaya membaca dan menulis; sekolah menulis, mencari sumbangan buku ke berbagai pihak (untuk perpustakaan); pendidikan dan pendampingan 43 ibu janda di Nabire; kampanye “Kitorang BISA! BANGKIT melawan ke(pe)miskinan! MEMBANGUN kehidupan yang lebih baik!; lomba menulis cerita rakyat dua bahasa (Indonesia-daerah); dan masih banyak program lain. Program-program jangka panjang ikut dibicarakan dalam pertemuan ini.

Dalam catatannya, salah satu staf ahli peneliti, Johannes Supriyono mengatakan, kesadaran kita yang mendalam akan cita-cita kita untuk membangun manusia Papua, jika kita terangi dengan terang iman kita, niscaya membantu kita untuk mengerti dengan batin kita bahwa inilah panggilan kita sebagai manusia: kita menjadi lebih manusiawi dengan memanusiakan orang lain. Inilah salah satu cara kita untuk memuji dan memuliakan Allah, Sang Pencipta kita.

Dalam keyakinan yang dalam, sebuah lembaga yang didasarkan pada panggilan yang hakiki, menyatukan dirinya dengan yang Abadi, niscaya akan senantiasa dihidupi oleh yang ilahi pula. Sebaliknya, jika lembaga ini kita percayakan pada kekuatan manusia belaka, yang dengan jujur kita akui sebagai makhluk yang rapuh, pun akan rapuh dan tidak bertahan. Lembaga yang berjuang sekadar untuk ‘kehendak’ manusia pun akan lemah. Lembaga Pendidikan Papua hendaknya menjadi sarana yang efektif untuk mewujudkan Kerajaan Allah di Papua. Kita dipanggil untuk terlibat di dalamnya, untuk bekerja bersama-sama menghadirkan keadilan, kemerdekaan anak-anak Allah, damai, dan cinta kasih, dan kelestarian hidup secara utuh. [yer]


BACA TRUZZ...- Dari Pertemuan LPP: Kita Semakin Menjadi Manusia dengan Memanusiakan Orang Lain

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut