Rp90 Juta, Biaya Hardiknas di Nabire Tuai Protes

Selasa, Mei 05, 2009

Biaya penyelenggaraan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kabupaten Nabire senilai Rp 90 juta yang bersumber dari dana pendidikan Dinas Pendidikan dan pengajaran (P dan P) Nabire menuai protes dari sejumlah kalangan pendidikan di Nabire.

Menurut laporan yang diterima JUBI (4/5), dana tersebut digunakan untuk mendanai 2 kegiatan yaitu jalan santai dan lomba kebersihan antar sekolah yang melibatkan beberapa sekolah di kota Nabire. Ironisnya, dalam acara Hardiknas tersebut ditemui sebuah tenda berukuran mini disewa dengan harga Rp 16 juta untuk sehari. Sejumlah guru di Nabire kaget membandingkan dana sebesar Rp 90 juta untuk kegiatan peringatan Hardikas.

Aksi protes peringatan Hardiknas terjadi ketika publik mengetahui bahwa Dinas P dan P Nabire menghabiskan dana Rp 90 juta dari sumber dana pendidikan. Sementara dana Open House dan lomba serta kegiatan Hardiknas yang diikuti sejumlah sekolah menghabiskan dana dibawah Rp 20 juta dengan sumber swakelola. Misalnya SMA Adhli luhur dengan kegiatannya yang dilaksanakan di Kompleks sekolah ternyata hanya menghabiskan Rp 13 juta.

”Acara seperti ini kok sewa tenda itu masa Rp.16 juta untuk 2 jam,” tandas Ibu Agnes, guru SMA YPK Tabernakel Nabire. "Semeriahnya acara Hardiknas yang dilakukan Dinas P dan P Kabupaten Nabire tak relevan dengan besarnya dana yang dikeluarkan Dinas P dan P Nabire," ujar seorang guru yang tak menyebutkan identitasnya. Guru SMA Adhi Luhur Nabire Yermias Degei mengatakan, makna Hardiknas sebenarnya bukan menyelenggarakan acara peringatan itu. Tapi lebih bermakna jika melihat kembali proses pendidikan, seperti menata masa depan siswa khususnya dan generasi muda pada umumnya,” tutur Yermias.

Secara terpisah, Kepala Sekolah SMA YPPK Adhi Luhur Nabire P.J Mardi Santara SJ menilai, persiapan kegiatan Hardiknas yang diselenggarakan pemerintah daerah dinilai mendadak, sehingga target dan tujuannya masih banyak terdapat kekurangan. ”Habis karena Dinas P dan P Nabire maunya cepat dan mendadak sehingga akhirnya jadi begini,” ungkap Romo Mardi.

Dia juga mengatakan ketidaksiapan penyelenggaraan Hardiknas secara mendadak dapat berakibat fatal sehingga persiapan yang tak matang dapat mengganggu agenda pendidikan di tingkat sekolah lainnya. ”Persiapan Open House ini harus dari tahun sebelumnya,” ujarnya. (Willem Bobi)
---------------------
Sumber:http://www.tabloidjubi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3717&Itemid=101

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut