44 TAHUN KESEHATAN DI INDONESIA, DOGIYAI PUNYA MASALAH WABAH BELUM SELESAI

Senin, Januari 26, 2009

Sejarah Pemerintah Indonesia mencatat tanggal 12 November sebagai momentum hari kesehatan Nasional. Berbagai motto dan prinsip pun diungkapkan untuk memajukan kesehatan rakyat yang berkualitas. Misalnya rakyat sehat, kualitas bangsa meningkat. Kurangnya akses kesehatan masyarakat menjadi persoalan utama di bidang kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tingginya angka kematian Ibu dan anak diwarnai dengan gizi buruk masyarakat menjadi indikator permasalahan kesehatan yang belum tuntas.

Terhitung April 2008 lalu hingga akhir Agustus 2008, sebanyak 500-an jiwa penduduk Di lembah Kamuu Dogiyai meninggal. Sekitar 273 orang dikategorikan meninggal akibat wabah diare/muntaber. Sedangkan 200-an orang lainnya meninggal dengan gejala sakit biasa, seperti malaria dan ISPA.

Menteri Kesehatan RI, Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), dalam acara pembentukan Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Papua (17/10)lalu berjanji ”Saya akan menjaga anda, saya akan melindungi daerah anda supaya tidak kena wabah lagi. ”

Apakah penyebab jenis penyakit wabah di Dogiyai? Berdasarkan pantauan Tabloid ini, masyarakat di Dogiyai meyakini beberapa penyebab wabah, diantaraya;
1) Sebagai kutukan atas ketidakberesan hewan/ternak (peuekina muneetai kouya—Bhs.Mee) dan akibat tanah ahliwaris yang diturun-temurunkan oleh leluhur telah diuangkan oleh warga setempat, sehingga wabah sebagai kutukan pemilik tanah atau arwah pemilik ulayat (Makipuwe kaa enia—Bhs.Mee).
2) Sebagai akibat faktor kesehatan lingkungan, karena pada umumnya masyarakat tidak menjaga kesehatan lingkungan seperti kebersihan makanan dan minuman,
3) Akibat Debu kering yang ditebarkan oleh oknum tertentu secara sengaja.

Atas semua dugaan tersebut belum ada bukti yang jelas tentang penyebab penyakit wabah. Pihak kesehatan juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk mengatakan bahwa apakah penyebabnya adalah faktor kesehatan lingkungan? ”kalau masalah lingkungan kenapa tidak dari dulu masyarakat sini tidak kena wabah? Kenapa wabah ini bersifat musiman dan hanya kali ini saja?” tandas tokoh Masyarakat Ir. Didimus Tebai kepada Tabloib beberapa waktu lalu di Moanemani.

Tuding-menuding sesama anggota masyarakat sendiri sebagai ulah/pelaku penyebar abu kering masih diyakini masyarakat hingga sekarang. Tidak adanya penelusuran penelitian berupa sampel dari korban, otopsi atau lainnya juga tidak dilakukan pihak terkait seperti Pihak Kesehatan Kabupaten Nabire. Tuding-menuding antar sesama anggota masyarakat tersebut secara ilmiah tidak memiliki bukti yang kuat.

Polisi Sektor (Polsek) Moanemani yang menanggani kasus tuduhan antar anggota masyarakat juga tidak memiliki bukti penyidikan yang kuat untuk mengatakan tuduhan pelaku sebagai tersangka. Dengan tidak adanya bukti maka tidak dibenarkan tuduhan yang terjadi selama ini di kalangan masyarakat, artinya sms kaleng kosong yang sempat beredar dengan pelaku sekitar 6 orang tersebut tidak memiliki alasan kuat sebagai pelaku. ”sampai sekarang saya tidak bisa kasi komentar tentang wabah, apakah diare atau penyakit jenis apa?karena tidak ada bukti secara ilmiah,” ungkap salah satu tokoh masyarakat, Willem Yobee kepada media ini.

Tak puas wabah yang terjadi di Dogiyai, warga pun menemui Ibu MenKes RI di Nabire memintah kejalasan wabah yang terjadi. ”Indonesia tidak bisa buat virus untuk membunuh virus masyarakat sendiri, yang bisa buat virus adalah negara maju lain di dunia,” jelas menteri kesehatan Pembentukan DKR yang berpusat di Nabire beberapa waktu lalu.

Sudah 44 tahun Lembaga Pemerintahan yang bergerak di bidang Kesehatan terbentuk di wilayah NKRI. Dan sudah 8 bulan wabah Identik Diare/Muntaber menjemput jiwa sekitar 273 orang warga Dogiyai. Tidak adanya penelitian penyebab wabah Di Dogiyai telah meninggalkan kecemburuan sosial antar golongan masyarakat lokal dan antara masyarakat lokal dengan pendatang (non-pribumi).

Kemanakah petugas Kesehatan atau Forensik Indonesia yang biasanya bekerja untuk Polisi Indonesia? Sampai kini warga Dogiyai masih butuh kejelasan Tim Peneliti yang menjawab: apa penyebab penyakit identik Diare/Muntaber yang menyerang warga Dogiyai? (Bobiibo Willem/Dogiyai)

-----------------------------
Sumber: http://www.tabloidjubi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=426&Itemid=9

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut