Yulianus Kuayo: ”200 Juta Harus Menjawab Kebutuhan Kampung”

Kamis, November 13, 2008

Jakarta (Selangkah)--Program Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu,SH ”Pembangunan Mulai dari Kampung” pada tahun 2007 telah dikucurkan dana Otonomi Khusus (Otsus) per kampung sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Namun, program mulia ini akan sia-sia jika dinas teknis tidak menindaklanjuti dengan program-program jitu yang dapat menggerakkan rakyat dalam meningkatkan kualitas hidup mereka seperti layanan pendidikan, layanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi keyakyatan dan kebutuhan hidup lainnya.

Demikian kata Yulianus Kuayo, SH staf Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional beberapa waktu lalu kepada media ini. Katanya, walaupun ada panduan bidang pembiyaan dengan dana tersebut tetapi di berbagai tempat masih dijumpai kebingungan aparat perangkat kampung untuk menggunakannya.

Menurut Yulianus, kebingungan itu terjadi bukan cara menggunakan uang dalam arti menghabiskan uang itu, tetapi lebih kepada penggunaan tepat guna dengan suatu proses musyawarah kampung dengan mempertimbangkan realitas kampung dan masa depan mereka. Walaupun ada musyawarah tetapi hasilnya adalah mengarah kepada bagaimana menghabiskan uang itu. ”Rakyat itu kadang berpikir bersama bagaimana menggunakan uang itu untuk meningkatkan taraf hidup mereka untuk jangka panjang,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, tidak semudah satu kampung dengan mengadakan musyawarah mufakat untuk menyusun program pembangunan kampung yang relevan sesuai kebutuhan prioritas dari anggaran yang dikucurkan. Seperti halnya di beberapa kampung dijumpai dana kampung itu dibagi oleh oknum aparat kampung kepada mahasiswa untuk meringankan beban biaya kuliah, dan apa itu relevan, lalu bagaimana dengan hak anak-anak 2-5 tahun (usia PAUD) 5-7 tahun (usia TK) dan 7-12 tahun (usia SD) yang ada di kampung , belum termasuk sektor lain,” katanya mengoreksi.

Yulianus yang juga dewan redaksi majalah ini mengatakan, secara nyata masyarakat akan menyatakan ketika uang otsus itu ada di tangan mereka ”wah inikah Otsus! Uang bertebaran sampai di kampung tidak seperti biasanya? Masyarakat akan senang, karena mereka merasakan langsung uang Otsus. Mungkin ini nilai positif masyarakat bagi pemerintah. Tetapi, katanya, perlu diperhatikan juga ketika uang itu hilang karena dengan cara ”manja”, tidak mengajar bagaimana masyarakat berkreatif untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan usahanya.

”Entah lima atau belasan tahun ke depan masyarakat akan ke mana carinya. Masyarakat tidak bisa dapat uang tanpa ada kerigat apapun. Kita musti juga berpikir bagaimana mendidik rakyat Papua dengan uang itu,” katanya.

Dia berharap, dinas teknis harus berpikir keras bagaimana cara yang baik agar dana yang dikucurkan itu benar-benar mendarat di tengah masyarakat dan digunakan secara baik sehingga ada wajah pembangunan berkesinambungan di kampung.

”Pemberian bantuan itu sudah cukup bagus. Hanya saja, dinas teknis di tiap kabupaten atau tiap distrik perlu memikirkan bagaimana pemanfaatan dana itu. Makasudnya, pendampingan penggunaan sesuai kebutuhan lapangan dan lebih penting adalah merencanakan perubahan ke depan dengan dana itu. Masalahnya adalah soal ekonomi rakyat, permasalahan pendidikan, peningkatan gizi dan kesehatan hingga saat masih mejadi masalah utama di tanah Papua. [yer/Selangkah].

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut