Reporter Bawah Tanah

Jumat, November 14, 2008

Judul Asli : The Underground Report
Penulis : Kathy Kacer
Penerbit : Kanisius
Tebal : 216 Halaman
Tahun : 2007
------------------------------
Oleh: Longginus Pekey*)

Kisah mengenai perang selalu menunjuk pada heroisme kejayaan dan kepahlawanan. Tokoh seperti Alexander Agung, Julius Caesar, dan bahkan Hitler akan dikenang dalam sejarah umat manusia karena kisah itu. Akan tetapi, di balik heroisme kejayaan, “perang” menjadi kata yang tidak sedap didengar. Lantas, di balik kata “perang” hanya ada kisah penaklukan, penindasan, pembantaian, pembunuhan, tangisan, kematian, kehilangan segalanya. Situasinya pasti sangat kacau.

Buku setebal 216 halaman berjudul asli The Underground Report yang diterjemahkan oleh Purnawijayanti menambahkan dua kata pada bagian judul, yaitu “kisah nyata”. Artinya ceritanya itu diangkat dari kisah nyata. Ditulis berdasarkan wawancara dengan orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut. Selain itu sumber ceritanya diangkat dari majalah Klepy. Kathy Kacer menceritakan masa-masa terpuruk orang Yahudi pada masa Perang Dunia II yang terjadi sekitar tahun 1940-an. Ia, melalui karyanya ini membuka pikiran kita untuk menengok derita tetang pembantaian yang dialami bangsa Yahudi.

Bagian pertama buku ini, memuat enam kisah yang memperkenalkan Jhon, France dari keluarga Neubauer yang menjadi saksi hidup atas peristiwa kelabu itu. Periode 1937-September 1939 tentang kemasyuran kota Budejovice dan kebanggaan sebelum kedatangan Nationalsozialismus (Nazi), awal kedatangan Nazi, dan aturan-aturan Nazi, hingga terjadinya Perang Dunia II. Bagian kedua terdapat tujuh belas kisah periode tahun 1940–1942. Pada bagian ketiga, terdiri dari delapan kisah dalam periode 1942 -1945.

Masa Sulit
Penulis buku ini menguraikan bahwa kedatangan Hitler di kota Budejovice, 150 Km sebelah Praha, ibu kota negara Cekoslovakia (sekarang Cheska), ibarat mimpi buruk bagi keturunan Yahudi. Kira-kira seribu orang Yahudi yang menjalani berbagai aktifitas profesinya seperti pedagang, dokter, guru, seniman dan sebagainya sangat terancam. Karena Hitler dan pasukan Nazinya sangat membenci bangsa Yahudi. Ketika Jerman kalah pada perang Dunia I, Jerman mengalami kesulitan ekonomi. Banyak orang Jerman dipecat dari pekerjaannya dan harus bekerja keras untuk mencari nafkah. Hitler menuding bangsa Yahudi sebagai penyebab seluruh kesulitan yang dialami bangsa Jerman (halaman 41).

Selain Musolini di Italia, Hitler pemimpin berideologi fasisme Jerman yang bercita-cita menyatukan daratan Eropa di bawah kekuasaan Nazi. Ia pernah mengancam akan mengobarkan perang di Eropa kalau Sudetenland sebuah wilayah perbatasan Cekoslovakia tidak diserahkan padanya. Karena tidak menginginkan perang tanggal 29 September 1938 tercipta maka terjadilah perjanjian Munich, (Konferensi Munich) antara Inggris, Perancis di satu pihak dan Jerman di pihak lain. Akan tetapi Jerman melanggar perjanjian itu dan meneruskan daerah penjajahannya dan kekuasaannya hingga menguasai seluruh daerah Cekoslovakia, karena tidak bisa dibendung oleh kekuatan militer Cekoslovakia yang jauh lebih lemah di banding Jerman (Nazi). Pada bulan Oktober 1938, Presiden Bener menyerah dan pergi ke pengasingan di Inggris (halaman 47).

Lalu Nazi terus melanjutkan serangannya ke Denmark, Norwegia, Belanda, Belgia, Luksemburg, dan Perancis. Mendengar Hitler yang terus memperluas daerah jajahannya, orang-orang Yahudi di Budejovice semakin cemas. Beberapa hari setelah kedatangan Hitler, di radio mulai terdengar aturan dan larangan, yang membuat anak-anak dan pemuda maupun orang tua di kota itu harus kehilangan kebebasannya, karena gerakan anti Yahudi terus berkembang di seluruh negeri Cekoslovakia.

Peraturan Nazi semakin hari semakin mencekik. Swastika, lambang Nazi terpamgang di setiap gedung sebagai penolakan terhadap Yahudi, bersamaan itu di toko-toko dan kantor-kantor terpampang tulisan bahasa Jerman Juden Eintrit Verboten! (orang Yahudi dilarang masuk). Semua orang Yahudi wajib mengenakan lambang bintang Daud berwarna kuning yang bertuliskan “Yahudi” agar tidak melarikan diri. Semua Paspor orang Yahudi diberi huruf “J” (halaman 59). Kekayaan, seperti rumah, gereja termasuk alat musik di serahkan kepada Nazi. Anak-anak Yahudi dilarang masuk sekolah dan tidak mendapat tempat untuk bermain di tempat-tempat tertentu.

Uraian yang menjadi bagian pertama di atas tidak bisa lepas dari bagian berikutnya, karena kisah nyata ini di ceritakan menurut kajian Historis dengan memperhatikan urutan waktu dan tempat kejadiannya.

Mendapat Kolam Renang
Bagian ini merupakan kisah kedua, anak-anak Yahudi tidak punya tempat untuk bermain lagi, tetapi mereka bersyukur bisa mendapatkan sebuah kolam renang yang dikhususkan Nazi. Kolam renang tersebut disediakan agar anak-anak Yahudi tidak keliaran dan tidak berbahaya bagi Nazi. Di kolam renang dekat sungai Vltava yang dalamnya mencapai lima meter di tepinya ada gubuk tua. Di gubuk tua tepi kolam itulah Jhon, France, Ruda, Irena dan teman-teman sebayanya menghabiskan hari-harinya. Semakin hari semakin ramai, tidak hanya berenang di lokasi kolam renang itu, mereka bisa bermain sepak bola dan voli yang menjadi kesukaan Johan. Ada juga lapangan tenis meja. ”Tempat ini sungguh menjadi tempat milik kami,” pikir Jhon. Tidak lagi ada tanda yang memperingatkan orang Yahudi untuk menjauhi. Di kolam renang itulah, pada musim semi 1940 anak-anak Yahudi Budejovice berkumpul untuk pertama kalinya (halaman 68). Di situlah tempat untuk sejenak anak-anak Yahudi melupakan kejadian buruk yang sedang menimpah mereka (keluarga).

Reporter Bawah Tanah
Saatnya rememaja Yahudi untuk melawan dalam ketidakberdayaannya. Mereka menciptakan media bernama Klepy, dalam bahasa Cheka adalah gosip. Media inilah satu-satunya media perlawanan yang mereka ciptakan. Majalah itu masih tersimpan di salah satu museum Yahudi di Jepang. Dalam majalah itu anak-anak Yahudi bercerita tentang banyak hal, ada cerita lelucon yang membuat pembaca tertawa, untuk menghilangkan ketakutan yang mereka hadapi saat itu.

Dalam situasi yang tidak memihak itu mereka menyadari “Tidak seorang pun yang dapat membantu kita, kita harus bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Aku Yakin kita bisa melawan Nazi dengan artikel tentang kekuatan dan kesatuan sebagai orang Yahudi, Kata Ruda, editor majalah itu, sambil menunjuk sebuah puisi sebagai contoh perlawanan.

Setelah Badai Salju di Bulan Januari.
Hari ini Yahudi harus pergi bekerja.
Dengan wajah yang tegang mereka membersikan salju…
Beberapa terlihat malu dan tak ingin dikenal.
Jangan takut, kerjakanlah pekerjaanm.
Dan tunjukan kepada mereka kekuatan kita! (halaman 124-126)



Dengan sangat berhati-hati para reporter Klepy mencari berita tentang penangkapan ataupun pembunuhan terhadap orang Yahudi di Budejovice, di seluruh kota Cekoslovakia maupun di seluruh Eropa. Isinya kadang di seleksi dan dibuat dalam bahasa yang tidak menyinggung dan terlihat tidak mengritik Nazi. Majalah Klepy satu-satunya bacaan bernuansa Yahudi yang digemari dan memiliki makna perlawanan. Itulah sebabnya patut mendapat sebutan reporter (wartawan) bawah tanah (The Underground Reporters).

Ajal pun tiba, Klepy tidak dapat dilanjutkan lagi setelah terbit 21 edisi. November 1941 Hitler menerapkan rencana pembunuhan terhadap orang Yahudi di seluruh Eropa yang dikenal dengan “solusi akhir”. Ketika awal Februari 1942 seluruh keluarga Yahudi di Budejavice menerima berita yang mereka takuti, bahwa di Jerman dan Polandia didirikan kamp konsentrasi, di antaranya adalah Auschwitz, Majdanek Belzak, Sobibortreblinka dan Chelmno.

Saatnya kelompok reporter Klepy berpisah. Ruda menyerahkan seluruh masa lalunya Klepy kepada Thereza, seorang Jerman yang pernah bekerja di rumah Ruda, walaupun resikonya berat bila ditemukan Nazi. Tanpa mengetahui harapan akan hidup, keluarga Ruda, keluarga Jhon dan seluruh keluarga Yahudi lainnya berangkat ke Theresiensthadt pada 14 April 1942. Di tempat itulah mereka harus mengalami masa pembantaian dan banyak orang Yahudi menemui ajalnya secara paksa.

Buku ini tercipta karena ada kesaksian oleh Jhon, Zdenek Svec, Irena Standler dan Frances Neubuer. Mereka adalah orang-orang yang langsung mengalami peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Hilter terhadap orang Yahudi di Cekoslovakia. Juga dalam penulisannya di lengkapi oleh buletin Keply yang saat ini terdapat di salah satu museum di Jepang.

Kathy Kacer adalah penulis buku The Secret of Gabi’s Dresser, Klara, War dan The Night Spies. Dalam buku ini dengan kalimat yang mudah dipahami ia memaparkan kembali mengenai situasi orang Yahudi di Eropa pada saat Perang Dunia II berkecamuk. Terutama mengulas kisah remaja Yahudi yang melakukan perlawanan terhadap Hilter melalui Klepy. Bagi pengemar sejarah, buku ini sangat penting untuk dibaca, karena memaparkan peristiwa penting mengenai situasi Perang Dunia II. Juga anak-anak dapat memetik banyak nilai-nilai hidup dari buku ini. Selamat membaca!

*) Ketua Komunitas Pendidikan Papua


0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut