Depdiknas Ubah Visi SMK

Minggu, November 23, 2008

Tanamkan Jiwa
Kewirausahaan


Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mengambil langkah strategis untuk mengatasi problem pengangguran. Mulai tahun depan, Depdiknas akan fokus kepada pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK). Harapannya, dengan langkah tersebut, daerah tidak kekurangan produk-produk yang siap kerja.

''Ke depan, SMK disesuaikan dengan potensi daerah karena bertujuan agar lulusan sekolah kejuruan dapat segera terserap di dunia kerja atau dunia usaha di daerah,'' terang Sekjen Depdiknas Dodi Nandika ketika ditemui di gedung Depdiknas, Jakarta, kemarin.

Dodi lantas mencontohkan, sekolah kejuruan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, yang mengkhususkan kepada pendidikan kelautan. ''Nunukan kan bentuknya pulau. Kalau dibuat jurusan perhotelan, kasihan lulusannya harus menyeberang pulau untuk bekerja,'' kata dia.

Yang terpenting, ujar dia, pembangunan sekolah kejuruan pada masa-masa mendatang difokuskan kepada bidang-bidang potensial. Misalnya, agrobisnis, komputer, pariwisata, hotel, otomotif, dan bisnis. ''Kita ingin anak-anak SMK bisa mengembangkan jiwa dan budaya entrepreneurship (kewirausahaan, Red),'' tuturnya.
Dodi menilai, untuk mengubah visi itu justru tidak membutuhkan kurikulum khusus entrepreneur. Menurut dia, jiwa kewirausahaan bisa diberikan atau ditempatkan di bidang apa saja. Kurikulum kewirausahaan, kata dia, justru membuat mindset (pemikiran) tentang entrepreneur menjadi salah. ''Kita terbelenggu kurikulum dan ini justru menjadi penyebab kegagalan,'' tambahnya.

Menurut Dodi, dalam program Depdiknas tersebut yang terpenting untuk menumbuhkan jiwa entrepreneur kepada siswa SMK adalah pelajaran di lapangan. Caranya, guru harus mengajarkan kepada siswa tidak sekadar teori, tetapi praktik tentang wirausaha di dunia nyata.

Saat ini rasio jumlah sekolah kejuruan dibandingkan dengan sekolah menengah atas (SMA) terus meningkat. Jika pada 2005 rasionya 30 persen banding 70 persen, pada 2008 mencapai 47 persen banding 53 persen. ''Ditargetkan pada 2014, 70 persen sekolah menengah yang ada di Indonesia merupakan sekolah kejuruan,'' katanya.
Salah satu pengusaha kenamaan Bob Sadino siap mendukung program Depdiknas tersebut. Karena itu, dia terjun langsung dan siap menjadi konsultan lepas bagi Depdiknas. Bob menitipkan imbauan agar guru SMK harus mengubah paradigma pengajarannya, yaitu bisa membimbing siswanya ke lapangan.

''Guru tidak boleh sekadar mengajarkan teori. Guru-gurunya harus dibuka dulu mindset-nya. Harus ada shock therapy agar guru tak sebatas mengajar, tapi juga membimbing, mengarahkan, dan bisa membuat siswa mandiri,'' terangnya.

Menurut Bob, pendidikan di SMK harus bertumpu kepada tiga pilar pendidikan. Yaitu, learning to know (belajar untuk tahu), learning to do and to be together (belajar untuk melakukan sesuatu dan melakukan bersama masyarakat), dan learning to be (belajar untuk menjadi). (zul/oki)

--------------------------
Sumber: http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=21704&ses=

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut