Guru Enggan Ditempatkan di Pedalaman

Minggu, Juni 08, 2008

Gubernur Papua, Barnabas Suebu, SH menilai kondisi pendidikan di Papua cukup memprihatinkan. Bahkan ia mengaku kekecewa terhadap pendidikan di Papua. Dimana guru-guru tidak mau ditempatkan di kampung-kampung. Hal menjadi suatu masalah dan kendala yang harus dihadapi pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Papua.

Padahal kata Gubernur, dilihat dari jumlah guru yang ada saat ini jumlahnya sudah mencukupi. Hanya saja, pendistribusiannya yang kurang merata. Artinya, ada daerah gurunya terisi, tetapi ada daerah sama sekali tidak ada guru. Sekarang bagaimana agar pendistribusian guru-guru di kampung-kampung bisa merata serta ditunjang dengan tunjangan insentif. Namun dituntut pula, apabila insentif sudah diberikan, para guru-guru harus sungguh-sungguh bekerja.

‘’Dari pengamatan saya selama turun kampung (Turkam), demikian juga penuturan dari para kepala kampung bahwa guru-guru di kampung sangat kurang. Kadang satu sekolah hanya ditangai satu orang guru, bahkan ada sekolah yang sama sekali tidak ada gurunya,’’ kata Gubernur.

Oleh karena itu, Gubernur mengajak semua komponen masyarakat untuk ikut membangun dan meningkatkan pendidikan guru di tanah Papua. Salah satunya membuka kembali program Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang telah lama dibubarkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru di Papua

“Sekarang ini, mutu pendidikan di Papua sangat mengkhawatirkan, hal ini karena kita masih kekurangan guru, apalagi dengan ditutupnya SPG dan muncul PGSD. Keberadaan PGSD ini dirasakan kurang tepat,” ujar Gubernur dalam pemaparannya pada seminar dan lokakarya pembinaan pendidikan guru di tanah Papua di Sasana Karya belum lama ini.

Menurutnya, dengan kerapuhan pendidikan di Papua perlu diperhatikan betul-betul masalah kekurangan guru, dimana menurutnya selama ini lebih banyak guru berada di kota ketimbang di kampung. Untuk itu, ia meminta agar dibuat sebuah pusat data guru yang tersebar di seluruh Papua, sehingga ada kejelasan tentang penempatan guru.

Gubernur sedikit mereviuw kebelakang, keberadaan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) pada zaman dulu dinilai dapat menciptakan guru yang berkarakter, sehingga dalam mendidik anak-anak turut menciptakan karakter anak yang cerdas.

“Kenapa sampai program SPG ditutup, saya juga tidak mengerti, namun semua itu hanya sebagai gambaran dimana pada saat itu pendidikan guru betul-betul dilakukan dengan baik, untuk menciptakan karakter anak-anak di pendidikan dasar,” ujar Bas. **

Sumber:http://papuapos.com/index.php?option=com_content&task=view&id=558&Itemid=1

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya sangat perihatin sekali thdp mutu p'didikan indonesia bag timur oleh sbb itu saya ingin sekali mengabdi mjd tng p'didik SMP/SMA di daerah Papua. llsan Atma Jaya DIY & AKTA IV. Komplek Pertamina Blok F-12 Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta- 55571. Tlp(0274) 498032

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut