Seabad Kebangkitan Nasional, Kapan Papua Bangkit ?

Kamis, Mei 22, 2008

Oleh Oktovianus Pogau*)

Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun. Masa ini diawali dengan dua peristiwa penting Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain seperti: Sutomo, Gunawan, dan Tjipto Mangunkusumo, dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Douwes Dekker, dll

Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang.

Suwardi Suryoningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah jajahan Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryoningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi “karena boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Indonesia.

Kebangkitan Serta Kemerosotan Indonesia

Sebut saja beberapa kebangkitan Indonesia di bidang pendidikan yang menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia, ketika Prof. Dr. Yohanes Surya membawa Yudistira Virgus dan kawan-kawannya menjuarai Olimpiade Fisika Internasional di China-Shanghai beberapa tahun lalu. Selain itu, saat pemerintah pusat berhasil mengundang-undangkan pelaksanaan Ujian Nasional bisa dikatakan sebagai suatu kebangkitan yang luar biasa menurut mereka.

Namun yang disayangkan pendidikan di Indonesia sangat memperihatinkan. Ujian Nasional yang dianggap sebagai dewa dalam mendongkrak standar, mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia namun kenyataannya sama sekali tidak membuahkan hasil yang menggembirakan. Karena beberapa fakta menunjukan Ujian Nasional telah menciptakan generasi yang rusak, baik mental maupun moralnnya.

Peristiwa yang tidak bisa hilang dari bayangan dan ingatan kita, ketika 17 guru di batam harus berurusan dengan aparat keamanan ketika terbukti membocorkan soal Ujian Nasional yang dianggap sebagai rahasia Negara kepada siswa-siswi mereka. Kemudian yang lebih memperihatinkan lagi ketika ratusan siswa-siswi SMA di Jogja mengundurkan diri karena tidak mampu, dan merasakan beratnya Ujian Nasional. Inikah yang dinamakan dengan kebangkitan pendidikan Nasional.

Kemudian dibidang olahraga, saat duta-duta Bulutangkis Rudi Hartono, Susi Susanti, Taufik Hidayat serta beberapa rekan mereka menjuarai berbagai turnamen bergengsi yang sekaligus menghantarkan Indonesia sebagai salah satu Negara yang disegani dan ditakuti dibidang olahraga bulutangkis. Selain itu Indonesia bangga juga ketika melahirkan pemain berbakat seperti Bambang Pamungkas dan Ellie Aiboy yang menghantar klub sepakbola Selangor FC, salah satu klub ternama di negeri jiran yang memuji dan mengagungkan Indonesia yang mampu melahirkan pemain berbakat seperti mereka.

Seluruh bangsa Indonesia sengan dan bangga ketika Rudi Hartono serta bambang Pamungkas Elie Aiboy dan bersinar membawa nama Indonesia ke dunia umum. Namun apakah kebangkitan mereka dalam membawah Indonesia masih tetap dilanjutkan dengan kebangkitan Indonesia pada saat ini.

Baru beberapa hari kemarin kejuaran bulutangkis yang paling bergengsi di dunia internasional telah berlangsung, yaitu piala Thomas Cup dan Uber Cup. Namun yang membekas dan menjadi luka batin bagi seluruh rakyat Indonesia ketika Taufik Hidayat dan kawan-kawan tidak mampu merebut satupun piala, baik Thomas maupun Uber. Mengapa bisa yah, padahal main di kandang sendiri lho? Sakit bukan ketika ditaklukan Korea pada semifinal bagi piala Thomas dan ditaklukan China di final di piala Uber.

Selain itu kebangkitan Indonesai dibidang Teknologi, kita bisa amati diberbagai persekolahan baik SD, SMA, MA hingga perguruan tinggi yang ada di wilyah barat telah dipasang jaringan internet yang tujuannya memudahkan setiap siswa-siswa serta para guru untuk mengakses berbagai informasi dari luar agar bisa menunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga dengan hadirnya berbagai stasiun TV yang baru.

Namun yang memperihatinkan dibidang teknologi ini berbeda. Mengapa saya bisa katakan demikian? Indonesia dikatakan daerah nusantara berarati termasuk Papua. Kita bisa amati keadaan perekembangan teknologi di Papua, karena kurangnya kesempatan yaitu menyangkut pemerataan dari pemerintah pusat sehingga jangan kaget kalau mahasiswa yang duduk dibangku kuliah semester akhir mengoperaasikan computer saja masih barang langkah.

Contoh yang membekas di pikiran saya, ketika saya mengajari seorang alumnus dari perguruan tinggi di Sulawesi Utara. saya mengajari cara membuat email. saya mengajarinya secara perlahan-lahan hingga dia mengatakan dia telah paham. Karena hampir tiga kali saya mengulang-ulang cara membuat hingga cara mengirim kemudian saya menyuruh sendiri seraya meninggalkan ruangan, bagaimana cara membuka dan mengirim email. Ketika saya balik, kaget hampir 20 menit saya meninggalkannya namun belum apa-apa dibuatnya, karena dia tidak tahu sama sekali apa yang harus dibuat padahal beberapa saat saja saya telah mengajarinya.

Dengan contoh ketidakmampuan seperti diatas memberi pertanyaan buat kita semua, apakah kebangkitan Indonesia telah bangkit. Kebangkitan Indonesia yang sesungguhnya berbicara mengenai kemerataan dan penyentuhan yang menyeluruh terhadap seluruh bangsa Indonesia yang ada. Termasuk mereka yang ada di tanah Papua, bagian timur Indonesia.

Selain itu dibidang politik bisa dikatakan suatu kemajuan yang luar biasa ketika keberaniaan Presiden Bambang Yudoyono merombak kabinetnya. Yang dikatakan beberapa kalangan dengan lahirnya pemerintahan yang baru. Selain itu juga keberanian pemerintah pusat dalam memberika ijin pemekaran beberapa daerah baru di Indonesia seperti di Sulawesi, Papua dan Sumatera. Bisa dikatakan ini sebagai suatu kebangkitan yang cukup signifikan.

Namun apakah kebijakan yang diambil beliau dalam hal ini memberikan perubahan yang pesat terhadap kebangkitan bangsa Indonesia, nyatanya sama sekali tidak berdampak. Malahan banyak orang mengistilahkan wajah lama dengan jabatan baru. Berarti bagaimana mau adanya perubahan dan kebangkitan? Yang duduk orang-orang lama kok. Sebut saja seperi Hatta Rajasa yang saat itu menjabat sebagai menteri perhubungan, langsung di alihkan ke Menteri Sekertaris Negeri.

Selain berbicara perombakan kabinet, berbicara pemekaran daerah-daerah baru di seluruh Indonesia nyatanya tidak membawah Indonesia bangkit dari berbagai ketertinggalan. Seperti pemekaran besar-besaran yagn terjadi beberapa saat lalu di Papua. Pemekaran beberapa Kabupaten baru di Papau sampai saat ini masih jadi pro dan kontra, sebut saja seperti Kabupaten Dogiyai, Kabuapten Intan Jaya, Kabupaten Lani hingga beberapa kabupaten lainnya. Dengan adanya berbagai pro kontra tersebut tentunya bukan tidak mungkin akan terjadi adanya berbagai hal yang tidak di inginkan.

Kini, momentum kebangkitan nasional diharapkan mampu untuk membuka mata, hati dan fikiran sehat kita semua dalam menjawab segala keterpurukan bangsa. Kebangkitan adalah upaya perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kebangkitan menjadi pemicu tumbuhnya sesuatu yang baru dan lebih baik. Kebangkitan melahirkan generasi yang memiliki pola pikir dan semangat baru dalam menciptakan karya yang berguna bagi masyarakat luas.

Generasi bangkit adalah generasi yang kualitas, mandiri dan berkarya serta memiliki kemampuan menjawab harapan para Pahlawan “kebangkitan nasional” dan tantangan masa depan. Keterpurukan menjadi pelajaran yang berharga dan pijakan anak muda untuk bangkit guna melampaui tantangan dan hambatan yang terbentang luas.

Generasi bangkit adalah generasi yang kreatif dan inovatif dalam mencari celah hambatan dan tantangan yang selanjutnya diubah menjadi sebuah peluang untuk bangkit dan memenangkan persaingan di era global. Menerobos celah sulit dilakukan secara sendirian, tetapi mudah jika dilakukan bersama-sama. Sudah sepatutnya anak muda berlomba-lomba untuk bangkit dan siap menjadi pemimpin dan dipimpin.

Papua Harus Bangkit dari Ketertinggalan

Otonomi Khusus hamper tujuh tahun telah merumput di Papua. dengan uang otonomui khusus yang tidak sedikit jumlahnya. total dana APBN yang diberikan kepada kita sebesar 28 triliun, (Radar Timika, 18/02/08, SKM Tribun Papua, Edisi, 25/2 – 02/03/08, SKM Teropong, Edisi 20 – 26/02/08). Dana yang tidak sedikti jumlahnya.

Puluhan triliun rupiah menguap begitu saja tanpa sasaran yang jelas. Tidak ada perubahan berarti bagi perbaikan kualitas kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, perlindungan dan penegakan HAM serta penegakan supremasi hukum. UU otsus mengamanatkan bahwa harus ada pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM masa lalu dan pembentukan komisi kebenaran dan rekonsiliasi dalam rangka memantapkan persatuan dan kesatuan nasional. Namun faktanya Komnas HAM perwakilan Papua terancam dibubarkan karena tidak ada dana operasional (Tribun Papua, Edisi 28 Mei – 03 Juni 2007). Inilah salah satu dari sekian banyak janji indah pada UU No.21/2001, namun sampai hari ini, jauh panggang dari api.

Namun yang memperihatinkan lagi dengan adanya Otonomi Khusus pemerataan pendidikan di Papua tidak Nampak. Sebut saja beberapa kecamatan di Papua yang dalam satu sekolah guru-gurunya bisa dipastikan hanya ada satu sampai dua guru saja, dengan cara seperti itu bagaimana yah pendidikan di Papua mau maju. Padahal berbicara mengenai kemajuan haruslah pendidikan yang di perioritaskan dan diutamakan. Karena maju mundurnya suatu daerah tergantung dari para inteleqtula yang ada.

Dengan demikian jadikan Otonomi Khusus sebagai jembatan bangkitnya Indonesia terutama Papua dari berbagai ketertinggalan yang ada. Karena adanya kebangkitan dan pembangunan yang merata menandakan kita menghargai para leluhur kita yang telah memperjuangkan bangkitnya Bangsa Indonesia dari berbagai ketertinggalan yang ada.

Selain itu dengan hari kebangkitan nasional yang seabad ini kita sama-sama mendukung berbagai kebijakan dan keputusan yang ada, karena hal ini mencerminkan diri kita menghargai sang Pencipta. Sebagaimana dikatakan dalam kitab suci pemerintah adalah wakil Allah dengan demikian disaat kita menghargai dan menghormati mereka berarti kita menghargai dan menghormati Tuhan.

*) Penulis adalah siswa kelas X SMA Kristen Anak Panah, Nabire-Papua

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut