Corat-coret Baju Saat Lulus.. Bijakkah?

Selasa, Mei 13, 2008

Oleh Silvi Anhar

Sejak dahulu, yang ku tahu, hingga detik ini, aksi corat-coret baju seragam setelah selesai ujian selalu jadi pemandangan rutin dimana-mana.

Dahulu, aksi corat coret seragam dilakukan memang benar-benar setelah semua ujian sekolah sudah selesai. Kalau dulu selesai dihari terakhir EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), langsung dijalan-jalan para siswa-siswi saling mencoret-coret, entah baju, rok, rambut bahkan fasilitas umum ikut-ikutan jadi korban mereka.

Dahulu, EBTANAS dilakukan setelah EBTA, jadi benar-benar setelah EBTANAS sudah tidak ada ujian atau kegiatan disekolah lagi, hanya tinggal menunggu pengumuman lulus atau tidak (yang notabene nya semua sudah bisa memprediksi bahwa mereka pasti lulus, hebatkan :))

Nah, sekarang, EBTANAS (diganti dengan istilah UN /Ujian Nasional) dilaksanakan lebih dahulu sebelum EBTA yang sekarang disebut US (ujian Sekolah) baru dilaksanakan dua minggu setelah UN.

Tapi, para siswa-siswi dibeberapa tempat sudah main corat-coret.

Untuk siswa SMA, mungkin sudah mengerti, jadi saat UN selesai tanggal 23 April yang lalu, tidak ada aksi corat-coret, mungkin sudah sadar bahwa belum ketahuan lulus masak sih udah nyoret-nyoret.?

Tapi untuk siswa SMP yang baru saja selesai UN, entah karena sudah merasa yakin lulus, atau sekedar sok-sok an, langsung main corat-coret. Padahal US (ujian Sekolah) masih ada didepan mata.

Nah, sebenarnya, penting ga sih? Bijak ga sih aksi corat coret tersebut?

Memang ini semua tergnatung penilaian pribadi masing-masing.

Ada yang bilang, ah ini kan cuman sekali-sekali.. lagian yang dikorbanin baju seragamnya cuman satu, dan buat kenang-kenangan kalo kami pernah SMA.

Atau, ah, yang dicoret-coret ini baju yang udah agak kusam kok. Buat asyik-asyik aja, kalau ga ikutan ntar dibilang kuper, sok alim, sok baik dsb.

Yah itu lagi-lagi semua tergantung pribadi masing-masing.

Padahal, walau cuman satu baju yang dikorbankan, tapi coba kalo satu-satu baju itu per-individu dikumpulkan tiap sekolah, tiap kota, lalu tiap propinsi, berapa jumlah baju seragam yang dapat terkumpul?

Nah padahal dibelahan tempat lain, masih banyak mereka yang untuk beli satu baju seragam saja, duhhh susahnya minta ampun. Boro-boro mau beli seragam, buat makan sehari-hari saja mereka sudah keblinger.

Semoga adik-adik SMP, dan SMA, bisa merenung sebelum melakukan aksi corat-coret ini.

Coba diadakan aksi damai, misal kegiatan aksi corat-coret dialihkan ke aksi corat-coret di buku tahunan, atau agenda kelas atau agenda sekolah (semua tergantung sekolah masing-masing). Nah itu menurutku lebih asyik, akan banyak kata-kata kenangan disertai tanda tangan juga mungkin foto yang ditempel. Buku atau agenda itu akan bisa di"pamer"kan ke anak- cucu kelak :)

Dan seragam yang memang sudah tidak digunakan, yang masih bagus, bisa dikumpulkan untuk disumbangkan untuk saudara-saudara kita yang memang membutuhkannya.

Dan semoga adik-adik semua lulus dan dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi.

---------------------------------------------------
Sumber: http://www.wikimu.com/News/DisplayNewsSekolah.aspx?id=8144

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut