Enam Tahun Otsus

Kamis, April 24, 2008

400 Anak Telantar di Wamena

JAYAPURA] Meski otonomi khusus (otsus) Papua sudah berjalan 6 tahun, sekitar 400 anak di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua telantar. Mereka sangat membutuhkan perlindungan, kasih sayang, dan pertolongan. Anak-anak tersebut berasal dari keluarga orang Papua yang mengalami konflik dan perceraian rumah tangga.

"Kini, mereka hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Suka mencuri, mengonsumsi minuman keras, merokok, dan menghirup lem aibon yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh," ujar Koordinator Persekutuan Bangkit Orang-orang Muda (Perbom) Jayawijaya, Enius Wanimbo kepada SP, di Jayapura, Minggu (20/4).

Dia sangat mengharapkan agar semua pihak di Papua termasuk pemerintah kabupaten dan Provinsi Papua menggunakan dana otonomi khusus (otsus) bidang kesejahteraan sosial untuk menyelamatkan mereka melalui pendidikan dan pembinaan. Sebab, kebiasaan buruk itu akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak-anak tersebut.

Perbom saat ini, tambahnya, sedang menangani 20 anak. Umumnya mereka berusia antara 8-16 tahun. Mereka diberikan pendidikan dalam kategori paket A, B, dan C, sekadar memperkenalkan kepada pengetahuan menulis, membaca, dan berhitung dengan model pendekatan secara rohani.

Selain memberikan pendidikan, anak-anak ini diberikan makan dan minum setiap hari. Namun, untuk kelanjutannya pihaknya sangat kesulitan untuk menyiapkan makan dan minum. Meskipun demikian, Perbom berupaya dengan menjual ternak ataupun menjual hasil kebun sehingga dari sana biayanya dipakai untuk melengkapi kebutuhan anak-anak tersebut.
Diungkapkan pihaknya mendapatkan bantuan tetap setiap bulan Rp 2 juta dari Persekutuan Doa Keluarga Generasi Baru (KGB) Jayapura ditambah bantuan yang sifatnya pribadi dari Ibu Willi yang bekerja pada Mission Aviation Fellowship (MAF) Wamena dengan nilai Rp 2,5 juta per bulan.

Memberi Perhatian
Untuk itu, Wanimbo berharap agar pemerintah kabupaten dan Provinsi Papua dapat memberi perhatian untuk generasi ini karena bila tidak segera diatasi maka dalam rentan 5-10 tahun ke depan generasi muda Papua akan berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Padahal, kita semua tahu ada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua yang diberikan untuk memajukan orang asli Papua.

"Ke manakah dana yang besar itu. Sementara orang asli Papua semakin menderita dan akan punah di atas kekayaan alamnya yang berlimpah. Marilah kita selamatkan anak-anak ini dari kesengsaraan. Menyiapkan masa depan generasi muda Papua yang cemerlang. Pemerintah Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya dengan dana otsus harus menyelamatkan mereka," ujarnya. [GAB/W-8]
-------------------------------
Sumber:http://www.suarapem baruan.com/ News/2008/ 04/21/Nusantar/ nus01.htm

1 komentar:

Hein Samuel Mamoribo mengatakan...

Ini hanya sebagaian contoh nyata yg dampak akan sangat buruk bagi masa depan orang2 pribumi terutama para muda-mudi, saya bingung sebenarnya OTSUS ini untuk siapa? Rakyat atau Para Pejabat..? Kl mmg untuk rakyat kenapa msh ada anak2 yg tdk sekolah, kalopun sekolah, itu jg dengan sarana dan prasarana yg tdk memadai, kebanyak anak2 Kecil Papua menjadi tukang cari kaleng, pemabuk, pencuri.. Pokokx lebih berorientasi pada hal-hal yang negatif, timbul pertanyaan kemana dana otsus yang bunyi angka sampai triliunan? Ada sebuah syair lagu yang dapat menjawab pertanyaan ini, "tanya saja pada rumput yang bergoyang"
ini otomatis yang menjadi aktor kegagalan otsus adalah 3 lembaga yaitu Gubernur, DPRP dan MRP.
Saya usulkan 1 saja, segera buat itu Perdasi dan Perdasus.
Terakhir, pada kesimpulannya secara teori OTSUS untuk Masyarakat Papua, tetapi pada prakteknya OTSUS untuk memuaskan hasrat para pejabat diPAPUA..

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut