SMA Adhi Luhur Datangkan 10 Ribu Eksemplar Buku

Senin, Maret 03, 2008

Nabire (Selangkah)--Kolese Le Cocq d’Armandville SMA Adhi Luhur mendatangkan buku satu konteiner (seribu judul dan diperkirakan sepuluh ribu eksemplar) dari Jakarta. Buku tersebut dikirim dari Jakarta pada 26 Januari 2008 dengan kapal barang Caraka I dengan biaya pengiriman 22 juta rupiah.
Dengan perjalanan satu bulan di atas lautan, satu konteiner buku itu sampai di Nabire (SMA Adhi Luhur) pada Sabtu, 1 Maret 2008 pada pukul 08.00 WIT. Sekitar satu jam, para siswa mengangkat buku-buku tersebut yang terdiri dari tiga ratusan karton itu ke ruang perpustakaan yang telah selesai dibangun sebelumnya.

Kepada media ini, Rektor Kolese Le Cocq d’Armandville, Basilius Sudibya, S.J., mengatakan, buku tersebut tidak hanya buku pelajaran tetapi lebih banyak buku umum yang mampu membuka wawasan anak-anak muda tentang pandangan dan dunia luar. ”Sebuah lembaga pendidikan, mutu dan tidaknya tergantung pada perpustakaan. Perpustakaan itu sarana yang baik untuk wawasan dan pengetahuan orang terhadap dunia yang tertutup bagi kita, pengetahuan tentang dunia, kepribadian dan sebagainya. Guru itu bukan segala-galanya. Guru itu sosok yang terbatas maka guru juga terus harus belajar di perpustakaan ,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, kedatangan buku itu wujud konsen Serikat Jesus (SJ) dan Kompas- PT Gramedia Pustaka Utama terhadap masyarakat Papua, khususnya di dunia pendidikan. ”Sebenarnya, usaha pengadaan buku telah dilakukan sejak tahun 2001. Setiap tahun kami sisihkan lima sampai enam juta untuk beli buku,” katanya.

”Tujuan kehadiran SJ di tanah Papua, khususnya di Nabire dan memberikan perhatian khusus di bidang pendidikan itu, tujuannya bukan sekedar mendidik anak-anak Papua menjadi pandai-pandai (unggul dalam intelektual), tetapi lebih memunyai pengetahuan yang luas dan memunyai pemahaman tentang masyarakatnya. Kami ingin anak-anak Papua ke depan harus memunyai karakter dan integritas yang baik serta keberanian untuk bertindak,” kata Pater Bas.

Pada tempat yang berbeda, Kepala SMA Adhi Luhur, Pator J. Muji Santara, S.J., mengatakan, kedatangan buku ini berarti apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga Kolese Le Cocq d’Armandville lebih khusus dan masyarakat umum. ”Buku datang dari Jawa belum ada maknanya, kolese harus memberikan makna dengan memanfaatkan (membaca—red). Tidak hanya siswa tetapi juga guru dan karyawan. Guru dan siswa harus ada keseimbangan. Dalam hal ini guru harus menjadi inpirator (sumber inspirasi) bagi siswa,” kata Pater Muji.

Pater Bas juga mengatakan, semakin banyak orang yang membaca itu semakin baik. ”Fasilitas yang ada itu semakin berguna apabila semakin banyak digunakan. Sehingga, walaupun lingkungan SMA Adhi Luhur kecil tetapi karena tempatnya strategis maka terus diupayakan berbagai fasilitas termasuk perpustakaan ini supaya siapa saja bisa mengakses. Maksudnya tempat yang referesentatif untuk mengembangkan diri,” katanya.

Secara spontan beberapa siswa mengungkapkan kesenangannya dengan kedatangan buku tersebut. Gordon Tanggahma dan Maria Magdalena dari kelas X Yury A. Gagarin misalnya mengatakan senang dengan kedatangan buku tersebut. ”Saya senang karena buku-buku ini menunjang pembelajaran. Pada waktu-waktu luang atau pada jam-jam pelajaran kami bisa memanfaatkan itu,” kata Gordo.
Musye Weror dan Simon Jitmau dari kelas XII Ignasio justru memberikan pesan buat adik-adik kelasnya yang masih berada di kelas X dan XI serta anak-anak muda lain yang masih berada di SMP dan sekolah lain. ”Kami senang sekali dengan kedatangan buku-buku ini. Tapi, kami yang kelas XII tinggal beberapa bulan lagi. Maka, saya berpesan kepada adik-adik kelas dari SMA Adhi Luhur maupun siapa saja boleh memanfaatkan fasilitas ini. Karena melalui membaca buku kita akan mengetahui banyak hal yang tidak pernah kita tahu sebelumnya,” kata Musye berpasan.

Kepada media ini, pada Senin (3/3), karyawan perpustakaan SMA Adhi Luhur, Sunce Dalending mengatakan, membutuhkan waktu sekitar satu bulan lebih untuk membuat penomoran dan penstempelan buku-buku tersebut. ”Kira-kira membutuhkan waktu satu bulan lebih untuk penstempelan. Abis buku banyak sekali jadi,” kata Sunce. Dia juga berkomentar, dari beberapa karton yang ia buka, terlihat hampir semua buku berkualitas. [yer/Selangkah/PapuaposNabire, Selasa 4 Maret 2008]

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Luar biasa,...
Itulah yang namanya membangun SDM. Bukan sekedar bicara. SDM tidak pernah terbangun begitu saja. Membangun SDM memnbutuhkan tenaga pengajar/pendamping dan fasilitasnya (perpustakaan yang memadai). Kualitas juga dapat dilihat dari sejauh mana membangun guru dan perpustakaan.

Salut!!!
Salam!

Unknown mengatakan...

Excelent....
saya berharap dengan didatangkannya buku-buku itu,siswa menjadi lebih semangat lagi untuk belajar.dengan begitu juga, siswa akan dapat bersaing dengan siswa-siswa yang lain.

salam damai utntuk siswa sma adhi luhur.BERJUANGLAH!!

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut