SLTP YPK Satu Atap Kampung Ayapo ; Tidak Ada Buku, Kapur Dan Kekurangan Guru

Kamis, Maret 06, 2008

JUBI - Pembangunan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Yayasan Pendidikan Kristen (SLTP YPK), Satu Atap Kampung Ayapo Sentani Kabupaten Jayapura, dibangun oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Provinsi Papua. Selanjutnya, tugas dan tanggung jawab Dinas P dan P Kabupaten untuk meresmikan sekaligus mengelolanya, namun sangat di sayangkan sampai saat ini SLTP YPK Satu Atap kampung Ayapo Sentani, kurang di perhatikan.Menurut Hajai Hanuebi, guru SMP YPK Satu Atap Kampung Ayapo, ketika di temui Jubi di ruang guru, Senin (18/11), awalnya belum ada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), hanya ada Sekolah Dasar (SD).

Namun karena setiap tahun, ketika anak-anak kampung Ayapo menyelesaikan sekolahnya di SD, mereka harus mendaftar ke SLTP Negeri 4 Kampung Harapan yang sangat jauh dari kampung Ayapo, karena harus menggunakan perahu jonson dari kampung Ayapo menuju Telaga Maya, kemudian menggunakan taksi ke kampung Harapan, Sentani. Dengan melihat kondisi seperti ini, maka beberapa guru SD, termasuk Hajai mengusulkan kepada Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayapura (P dan P) untuk membangun SLTP di kampung Ayapo. Usulan itu di terima, kemudian dinas P dan P kabupaten berkordinasi dengan Dinas P dan P Propinsi.

Selanjutnya, dengan ketetapan dinas P dan P provinsi, lahirlah sekolah yang disebut Satu Atap di kampung Ayapo ini. Lanjut Hajai, ketika Dinas P dan P Propinsi menerima keluhan itu, mereka langsung merespon usulan tersebut dengan baik karena usulan tersebut merupakan salah satu program yang dijalankan oleh Dinas P dan P Propinsi. Awal bulan Januari tahun 2007 Pembangunan SLTP mulai di lakukan di kampung Ayapo oleh Dinas P dan P Propinsi dan selesai pada bulan April 2007. Namun sekolah ini tidak langsung diresmikan karena belum tersedia fasilitas. Sehingga selama rentang waktu tiga bulan SLTP ini tidak di gunakan. Dalam rentang waktu tiga bulan tersebut, Dinas P dan P Kabupaten memberikan bantuan berupa meja dan kursi.

Akhirnya Pada tanggal 13 Agustus tahun 2007 Dinas P dan P kabupaten mengambil keputusan untuk meresmikan SLTP satu atap kampung ayapo dan proses belajar mengajar mulai berjalan pada tanggal 14 Agustus tahun 2007 sampai sekarang. Tambah Hanuebi, setelah peresmian di lakukan oleh dinas P dan P kabupaten maka pihak sekolah menarik siswa-siswi asal kampung Ayapo yang sudah melanjutkan ke sekolah pada SLTP Negeri 4 kampung Hapan untuk sekolah di SLTP Satu Atap yang sudah di bangun di kampungnya. Jumlah siswa-siswi yang kemudian bersekolah di sekolah tersebut sebanyak 37 orang. Di sekolah ini ada 12 orang tenaga pengajar di tambah dengan 1 orang Tata usaha (TU).

Meski demikian, menurut Freddy Leisubun, Kepala Sekolah sementara di SLTP Satu Atap Ayapo, tenaga guru yang ada sangat kurang, sehingga satu orang guru menangani dua sampai tiga mata pelajaran. Proses administrasi sekolah juga untuk sementara masih di tangai oleh kepala sekolah sampe saat ini, karena hanya satu orang tenga TU. Dengan adanya kondisi seperti ini, maka hampir setiap hari anak-anak sekolah menunggu guru untuk mengajar. Selain itu belum ada buku-buku yang di gunakan oleh para guru untuk mengajar. Kalau para guru mau mengajar harus membeli buku sendiri. Ditempat terpisah, Claudio Daniel Suebu, siswa SLTP Satu Atap kampung Ayapo, ketika di temui jubi di ruang belajar, mengatakan proses belajar mengajar di sekolah sudah berjalan dengan baik.

“Biasanya para guru selesai mengajar, mereka memberikan tugas kepada kami untuk selesaikan di rumah.” ujar Claudio.Para siswa merasa cukup puas dengan proses belajar yang di berikan. Namun ada beberapa kendala yang di keluhkan oleh Claudio antara lain; tidak ada buku-buku panduan belajar, guru-guru yang kurang. Sehingga ada hari-hari tertentu yang tidak ada proses belajar mengajar. Misalnya pada hari hujan. Biasa para siswa datang dan menunggu guru-guru di sekolah sampai siang, lalu pulang. Hal ini terjadi karena kebanyakan guru yang mengajar di kampung Ayapo, tinggal di daerah Sentani dan Abepura. Mereka juga kebanyakan bukan guru tetap, masih mengajar pada SLTP yang lain.

“Pembayaran SPP yang diputuskan oleh sekolah untuk kami bayar setiap semester sebesar tiga puluh ribu rupiah.” kata Claudio saat ditanya besarnya SPP yang mereka bayar.Lanjut Claudio, sampai saat ini tidak ada kunjungan dari dinas P dan P ataupun lainnya, seperti pada sekolah-sekolah lain yang berada di kota atau kabupaten Sentani Lebih lanjut, Freddy Leisubun, yang juga menjadi guru di SLTP Negeri 4 Kampung Harapan mengatakan pembangunan SLTP Satu Atap ini bertujuan untuk ; memperpendek tantangan yang di hadapi oleh anak Kampung Ayapo.
Karena jarak tempuh yang sangat jauh dan membutuhkan biaya transport besar tidak sebanding dengan tingkat pendapatan masyarakat yang lemah. Sebenarnya sekolah SLTP YPK satu atap kampung Ayapo ini adalah sekolah negeri namun sekolah ini merupakan pengembangan Sekolah Dasar, Yayasan Pendidikan Kirsten (YPK) kampung Ayapo Sentani.
Karena denominasi masyarakat kampung Ayapo rata-rata beragama Kristen maka Dinas P dan P kabupaten meresmikan SLTP ini dengan nama SLTP YPK Satu Atap kampung Ayapo dan masih bersifat sementara. Kurikulumnya juga masih mengalami penyesuaian. “Cap yang di gunakan sampai saat ini adalah SLTP YPK Satu Atap Sentani, berdasarkan nota dinas.” ujar Freddy menegaskan status sekolah tersebut. Lanjut Freddy, tenaga guru pada SLTP satu atap kampung Ayapo Sentani masih bersifat sementara.

Ada empat orang guru SD YPK Ayapo dan delapan guru dari SLTP Negeri 4 kampung Harapan Sentani. Mengenai fasilitas belajar mengajar, bukan hanya buku-buku saja yang di beli oleh guru tetapi kapur juga di beli sendiri oleh guru untuk di pakai. Keluhan ini sudah di sampaikan kepada dinas P dan P namun sampai sekarang belum ada respon. Tambah Leisubun bukan hanya itu saja, bantuan dana untuk menolong para siswa, pun tidak ada sama sekali. Sehingga para guru berusaha rapat untuk menentukan pembayaran SPP yang di bebankan kepada siswa pada tiap semester. Jumlah uang yang di tentukan untuk pembayaran SPP sebesar tiga puluh ribu rupiah. Keputusan ini merupakan hasil rapat bersama para guru dengan kepala sekolah. Namun banyak siswa yang belum membayar uang pembayaran SPP, karena kondisi ekonomi masyarakat di kampung Ayapo juga masih tergolong lemah.

“Mata pencaharian mereka tidak tetap, pendapatan mereka pun demikian. Sehingga kami merencanakan rapat ulang untuk menurunkan pembayaran uang SPP. Bantuan yang kami dapat hanya meja sebanyak 20 buah, kursi sebanyak 40 buah dan papan tulis satu buah. Ini yang baru di dapat dari Dinas P dan P Kabupaten. Padahal kalau di lihat jumlah siswa-siswi yang di tangani di SLTP satu atap kampung Ayapo Sentani ini sebanyak 34 orang.” ungkap Leisubun.Leisubun menambahkan, SLTP Satu Atap ini bukan hanya di bangun di kampung Ayapo Sentani saja tetapi sudah ada enam bangunan yang di bangun di kampung terpencil yang susah dijangkau, di kabupaten Jayapura.

Daerah-daerah yang di bangun sekolah satu atap antara lain Sabron Sari, Meukisi, Yokari, Dormena, Kanda, Kaure dan Ayapo. Sementara itu, Dra. Yuliana Yoku, Kepala Dinas P dan P kabupaten Jayapura ketika di temui Jubi di ruang kerjanya, belum bisa memberikan komentar mengenai pembangunan sekolah Satu Atap kampung Ayapo Sentani karena yang bersangkutan lagi sibuk. (Musa Abubar/Victor Mambor)
----------------------------------------
Sumber : FokerLSMPapua.org

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih untuk tulisan ini. Ini adalah yang ke dua kalinya saya membaca artikel ini. Tambah semangat untuk lakukan riset dibidang pendidikan.

Salam hangat dari Amerika
George Sa

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut