Anak SD Yanarif Belajar Dibawa Daun Bobo

Selasa, Januari 15, 2008

NABIRE (KPP)-Sungguh aneh tetapi nyata. SD Negeri Yanarif yang berada di poros jalan Waroki-SP II Kali Semen Nabire beratpkan daun bobo dengan dinding kayu bulat. Dinding tak sekat rapi sehingga masih terlihar cela yang lebar. Di situlah 4 kelas SD tersebut berlangsung kegiatan belajar mengajar.

Kunjungan dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Nabire, Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua, Lembaga Swadata Masyarakat (LSM) dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Kabupaten Nabire belum juga membawa perubahan. Anak-anak masih sekolah dan bermain di pinggir gubuk yang beratapkan daun bobo.

Kepala SD Negeri Yanarif Waroki, Nabire, PH Nuburi saat ditemui media ini, Selasa (11/12) mengatakan sekalipun sekolah ini dibuka sejak 30 Maret 2007 lalu, hingga kini belum ada tanda-tanda yang pasti soal pembangunan gedung sekolah. Selama ini, lima guru termasuk kepala sekolah mendidik dan mengajar 126 murid usia sekolah dasar di bawah atap bobo dengan ditutupi beberapa potongan kulit kayu dan daun sagu sebagai dinding dan sekat.

Menurut Nuburi, sekolah ini dibuka untuk menampung anak-anak usia sekolah di sepanjang jalan Waroki-SP 2 Kali Semen yang tinggal jauh dari lingkungan sekolah. Selama ini, anak-anak yang tinggal di daerah interleand antara Waroki dan SP II tak terjamah dengan pendidikan akibat letak sekolah yang jauh dari lokasi tempat tinggal. Sebagian orang tua dari anak-anak sekolah mendulang di Topo sehingga perhatian untuk pendidikan pun terlantar.

Menurut pengamatan media ini di tempat, barak sekolah tersebut terkesan sebagai tempat belajar bagi murid SD ketika ada aktifitas belajar mengajar di sekolah. Jika tidak, terkesan sebuah bevak, hanya bedanya halaman bersih karena dibersihkan oleh anak-anak sekolah.
Tak ada tanda-tanda sebagai tempat belajar karena, dinding depan hanya ditutup dengan beberapa papan dari ampas gergajian, tanpa pintu, apalagi jendela. Dinding belakang dan samping tak ada, kecuali satu sekat yang memisahkan kelas sementara papan tulis dipajang di dinding.

Memang agak ironi, sekolah negeri yang berada di pinggiran kota Nabire, kota yang tengah diperjuangkan menjadi Kota Madya Nabire ini, anak-anak masih belajar dibawah atap bobo berdindingkan papan ampas dan dau kelapa. Sementara anak-anak sekolah yang lain, sekolah di dalam ruang yang bagus di dalam gedung permanent.

Nuburi mengaku sedang bingung. Sebab, janji dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten untuk akan dibangunnya dua ruang kelas dalam tahun anggaran ini belum juga terwujud. Bahkan, belum ada tanggapan secara lisanpun. Hanya, saat ada kunjungan bersama Dinas P dan P dari Provinsi Papua, pejabat dari Dinas P dan P Kabupaten Nabire yang mendampinginya meminta dukungan dari provinsi untuk pembangunan ruang kelas di SD ini.

Selain itu, kata Nuburi, LSM dan Bawasda juga pernah berkunjung ke SD Yanarif namun belum ada perubahan. Bahkan saat Bawasda turun ke SD, Bawasda membawa seorang kameramen merangkap wartawan TVRI dan melakukan tanya jawab namun tak ada kabar.

Berdasarkan beberapa pengalaman ini, kini Nuburi mulai curigai, jangan-jangan semua kunjungan ini hanya sekedar datang ambil gambar untuk menjual proposal kepada donator dan pemerintah atas untuk kepentingan yang lain, bukan lagi untuk SD Yanarif yang sial ini. (ans)

Sumber: http://emanuelgoo.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut