Guruku Sayang, Guruku Malang

Senin, September 03, 2007

Oleh Frans Ign Bobii*)

Terpujilah wahai engkau, ibu bapa guru.... namamu akan selalu hidup dalam sanubari..., semua bhaktimu akan kuukir di dalam hatiku, engkau sebagai pelita dalam kegelapan engkau patriot pahlawan bangsa tanpa kehausan, engkau laksana embun pengejuk tanpa tanda jasa.

Syair lagu ini memang sangat mengetuk pintu hati setiap orang yang mengenal akan jasa, kebaikan , mengalami, melihat dan merasakan serta menyelami manis pahitnya seorang guru dalam tugasnya. Jeri paya, suka duka menjadi bagian dari kehidupan dalam panggilan hidupnya sebagai guru. Mereka berjuang dan bertahan dengan tabah di alam sunyi. Mereka memiliki hanya satu tujuan yakni " mencerdaskan dan meningkatkan sumber daya manusia"

Mungkin semua insan telah mengetahui peran guru. Semua insan juga mengenal guru, pemerintah juga mengetahui peranan dan tugas guru. Kehadiran gedung SD di kampung dan pelosok serta kehadiran sosok guru di daerah terpencil adalah cermin dari pemerintah.

Seorang guru berada di tengah-tengah masyarakat yang tidak tahu apa-apa, buta akan dunia luar termasuk ibukota distrik bahkan kabupaten apalagi provinsi. Ke-tokoh-an dan keberadaan di tempat tugas akan menjadi pembuka cakrawala, pembela tabir kegelapan.

Berbicara soal kehadiran seorang berprofesi guru di tengah anak-anak kecil diliputi oleh kebanggaan tersendiri. Sekalipun anak-anak tidak akan menilai dan menghargai sebagai pejuang yang mulia dalam memberikan dan membagi pengetahuan. Betapa tidak bosannya seorang guru dengan ketabahan setiap hari berdiri di depan kelas. Bandingkan saja anak kita sendiri yang nakal.

Selalu kita membina dan mengarahkan agar cepat pintar dan mematuhi kehendak orang tua. Apa lagi seorang guru membina dan mendidik sekian anak yang berbeda watak, karakter dan tipe berpikir dalam kesukaran alam sunyi.

Kemalangan hidup dalam profesi guru menjadi bagian dari hidup yang melilit. Lilitan kehidupan dalam kesukaran alam tidak memudarkan semangatnya guna memajukan dunia pendidikan. Kemalangan hidup bukan tantangan dan hambatan.

Kita menoleh ke belakang, perkembangan dunia pendidikan masa lalu. Mengapa perkembangan dunia pendidikan masa Belanda dan dana Loso dan moso dalam realitanya membuktikan adanya manusia yang berkualitas dibanding perkembangan dunia pendidikan masa sekarang.

Pendidikan masa lalu menunjukkan perubahan yang sangat signifikan. Sebab para guru dijamin dan kebutuhan guru diperhatikan dengan serius. Berbagai administrasi dan kesejahteraan diperhatikan oleh pihak Yayasan yang mengelolah.

Para guru tidak datang mengurusi sendiri di kota atau di pusat Yayasan (paroki, klasis). Mereka bertahan di tempat tugas. Mereka juga menyadari (memahami) bahwa menjadi guru merupakan panggilan hidup. Harus diketahui bahwa pemimpin sekarang baik di tingkat birokrasi maupun legislatif di persada Nusantara ini adalah hasil didikan pendidikan jaman dulu.

Bagaimana dengan pendidikan sekarang ?

Berbicara sepak terjang pendidikan disaat sekarang ini masih mengisahkan rentetan persoalan yang agaknya sulit diselesaikan dalam waktu singkat. Ada dua masalah yang terlihat sedang mengikat maju mundurnya pendidikan dewasa ini.

Faktor pertama, persoalan tenaga guru. Hampir semua sekolah tidak ada guru di setiap sekolah. Terlihat tamatan SMP, SMA bahkan para sarjana berdisiplin ilmu lain ( bukan dari FKIP) menjadi guru baik di tingkat SD -SMA.

Sebagian besar guru sudah masuk masa pensiuan (MPP). Para guru yang aktif lebih banyak memilih tingkat di kota dibanding melaksanakan tugas dengan berbagai alasan. Sebagian besar guru terlihat beralih profesi, baik di dunia politik dan juga di bidang pemerintah. Sekalipun banyak guru yang diangkat sebagai guru dengan ijazah PGSD atau setaranya, namun patut dipertanyakan legalitas dan keabsahan surat tanda perguruan tersebut. Hal ini perlu di pertegas. Sebab menjadi guru tidaklah muda. Guru harus memiliki ilmu-ilmu metodik didaktik yang berkaitannya dengan cara penyampaian materi kepada siswa. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut dalam perkembangan pendidikan maka akan memunculkan generasi muda yang tidak berkualitas.

Faktor kedua, perhatian pemerintah kepada guru yang sangat minim. Para guru selalu ke kota karena management pendidikan yang kurang mengakomodir kepentingan para guru. Semisal urusan kenaikan kepangkatan, urusan jatah beras dan lain. Kurang tersedianya perumahan, fasilitas pendukung. dana yang sudah dialokasikan untuk kepentingan perkembangan digelapkan dengan berbagai dalil. Faktor orang tua, para orang tua harus peduli dengan perkembangan pendidikan. Pembangunan sebuah akan maju jika ada manusia yang pintar dan cerdas. (****)

*)wartawan Papuaposnabire.
Sumber: http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=3643

0 komentar:

Posting Komentar

Mendukung Gerakan "One People, One Book, One Heart for Papua" yang di Lakukan oleh LPP. Kami kumpulkan buku baru dan bekas untuk bangun perpustakaan di Papua. Di Jakarta dan sekitarnya hubungi Johanes Supriyono, email:
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
 
 
 

Visitors

Pengikut